Cerita Mbah Rasimun, Pelestari Seni Payung Kertas Asal Malang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Malang, IDN Times - Usianya sudah tidak muda lagi. Tahun 2020 ini, Rasimun atau yang akrab disapa Mbah Rasimun genap berusia 96 tahun. Meskipun sudah hampir mendekati satu abad, Mbah Rasimun masih semangat menceritakan awal-awal dirinya mulai menggeluti seni payung kertas.
Bahkan, dirinya juga masih cekatan saat memberikan contoh kepada sejumlah ibu-ibu yang belajar membuat payung kertas di Gedung Dewan Kesenian Malang, Jumat (20/11/2020). Sesekali dirinya juga masih melemparkan guyonan kepada ibu-ibu untuk sekadar mencairkan suasana.
1. Mulai membuat payung sejak 1945
2. Sebagai alat perlindungan untuk berjuang
Pada awal dirinya mulai menggeluti seni payung kertas, Mbah Rasimun tak langsung menjualnya. Keahliannya itu dimanfaatkan untuk perlindungan dari pasukan Belanda. Pasalnya, pada saat itu,Mbah Rasimun merupakan salah satu pejuang gerilyawan Indonesia.
Saat siang, ia akan menjadi pembuat payung kertas untuk mengelabui pasukan Belanda. Sementara malam harinya ia ikut bergerilya untuk memburu pasukan Belanda yang berada di Malang.
"Kalau ketemu pasukan Belanda, saya bilang hanya warga biasa pembuat payung. Tapi, malamnya saya ikut gerilya mengusir Belanda," tambahnya.
3. Sempat berhenti membuat payung
Editor’s picks
Dalam perjalanannya, Mbah Rasimun sempat berhenti membuat payung kertas. Tepatnya saat pemberontakan PKI pecah. Saat itu, payung kertas buatannya sulit dipasarkan. Terlebih saat itu anak-anaknya masih kecil dan perlu biaya untuk kehidupan.
Akhirnya, Rasimun menjadi pengayuh becak agar bisa menyambung hidup. Setelah masa pemberontakan PKI berakhir, Rasimun kembali menggeluti seni payung kertas lagi yang terus ia kerjakan sampai sekarang.
"Setelah pemberontakan PKI, anak-anak saya sudah besar. Saat itu saya berpikir untuk kembali menggeluti seni payung kertas lagi," sambungnya.
4. Tetap produksi payung kertas
5. Kesulitan mencari penerus dan pelestari payung kertas
Mbah Rasimun mengakui, saat ini dirinya kesulitan untuk mencari penerus pembuat seni payung dari kalangan muda. Pasalnya, anak muda saat ini tak begitu tertarik dengan seni tradisional tersebut. Padahal, payung kertas tersebut merupakan karya orisinal dari Indonesia.
"Sebenarnya saya ingin ada anak muda yang mau melestarikan ini. Tetapi, sekarang memang tidak banyak yang mau dan tertarik membuat payung kertas ini," pungkasnya.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.