Melepas Stigma Negatif, Napi Berkarya Lewat Batik Jeruji

Wah, patut diapresiasi

Surabaya, IDN Times - Kegarangan tampak dari gurajatan wajahnya. Sorot matanya tajam. Sangat fokus. Pandangannya tak bisa lepas dari kain putih yang dilukisnya secara perlahan-lahan. Detail. Penuh kehati-hatian.

Tangannya juga cekatan, menari-nari di atas kain. Coretan-coretannya membentuk motif beragam.

Rupanya, ia sedang mendesain batik. Satu tahun belakangan, aktifitas ini yang digeluti warga binaan pemsyarakatan atau narapidana (napi) Lapas Klas II A Banyuwangi, Suliyono (54). Kini, karya-karnya dipamerkan di acara Fashion Show Batik Warga Binaan Lapas/Rutan se-Jatim di Kantor Kemenkumham Jatim, Selasa (29/10).

1. Hanya bermodal hobi gambar dan dilatih Pemkab Banyuwangi

Melepas Stigma Negatif, Napi Berkarya Lewat Batik JerujiDesainer sekaligus Warga Binaan Lapas Klas 2A Banyuwangi, Suliyono (51) saat menggambar motif Batik Jeruji di Kemenkumham Kanwil Jatim, Selasa (29/10). IDN Times/Ardianysah Fajar.

Mulanya, napi kasus tipikor ini tidak tahu tata cara produksi batik. Terlebih, lapas yang menjadi tempatnya menebus masa hukuman hanya menyediakan batik tulis.

Berbekal hobi menggambar, Suliyono belajar perlahan mengenali motif batik. Tak sendirian ia mengaku dibantu oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi.

"Ya dilatih sama dinas terkait di Banyuwangi, tentang mendesain batik terus dikembangkan dengan imajinasi sendiri," ujarnya kepada IDN Times.

2. Cetuskan ide motif gajah oling kombinasi borgol di Batik Jeruji

Melepas Stigma Negatif, Napi Berkarya Lewat Batik JerujiDesainer sekaligus Warga Binaan Lapas Klas 2A Banyuwangi, Suliyono (51) saat menggambar motif Batik Jeruji di Kemenkumham Kanwil Jatim, Selasa (29/10). IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Imajinasi yang dirangkai oleh Suliyono pun mencetuskan suatu gagasan. Pria yang kini jadi koordinator pengrajin batik di Lapas Klas II A Banyuwangi mencetuskan Batik Jeruji.

Batik ini didominasi dengan motif gajah oling khas Banyuwangi. Tak lupa, sentuhan gambar borgol disisipkan di dalamnya, menjadi satu ciri khas yang membedakan. Dari situlah, Batik Jeruji lahir.

"Sekarang motifnya berbagai macam sudah sampai 32 hingga 60," katanya.

Baca Juga: Tanam Pohon untuk Pewarna Alami, Pembatik Tuban Siap Genjot Produksi

3. Produksinya butuh satu minggu, harganya Rp350-750 ribu

Melepas Stigma Negatif, Napi Berkarya Lewat Batik JerujiDesainer sekaligus Warga Binaan Lapas Klas 2A Banyuwangi, Suliyono (51) saat menggambar motif Batik Jeruji di Kemenkumham Kanwil Jatim, Selasa (29/10). IDN Times/Ardianysah Fajar.

Untuk memproduksinya, Suliyono membutuhkan waktu minimal satu sampai dua hari dalam tahap mendesain. Ia biasa menggambar di kain berukuran 2,10 meter x 1,15 meter. Tahap selanjutnya ialah pencantingan dan pewarnaan.

"Pencantingan sampai dua hari, pewarnaan sampai finishing bisa dua tiga hari. Kurang dari satu minggu total produksi," terangnya.

Satu kain, lanjut Suliyono, dibanderol mulai dari Rp300 hingga Rp750 ribu. Harga ini tergolong ramah, sampai-sampai butik di Banyuwangi dan luar provinsi menjadi langganan batik karya napi ini.

4. Ingin dirikan UMKM Batik Jeruji jika sudah bebas

Melepas Stigma Negatif, Napi Berkarya Lewat Batik JerujiDesainer sekaligus Warga Binaan Lapas Klas 2A Banyuwangi, Suliyono (51) saat menggambar motif Batik Jeruji di Kemenkumham Kanwil Jatim, Selasa (29/10). IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Ke depan, pria yang dijatuhi vonis 4,5 tahun terpikir mendirikan UMKM Batik Jeruji di Banyuwangi. Ia kini sudah menjalani masa tahanan 3,5 tahun. Ia optimistis satu tahun lagi impiannya itu terwujud.

"Wacana dari teman ikut batik, adakan satu organisasi mendirikan batik," kata Suliyono.

5. Teman lapasnya ingin bergabung

Melepas Stigma Negatif, Napi Berkarya Lewat Batik JerujiWarga Binaan Lapas Klas 2A Banyuwangi, Musyana (31) mencanting Batik Jeruji di Kemenkumham Kanwil Jatim, Selasa (29/10).

Senada dengan Suliyono, pecanting, Musyana ingin sekali punya usaha batik. Ia ingin setelah bebas bersama-sama membantu gagasan temannya terkait UMKM Batik.

"Iya kalau bebas mau mengembangkan batik, pengen join ke Pak Suliyono," ucapnya.

Musyana merupakan napi yang terjerat kasus narkotika. Ia dijatuhi hukuman 4 tahun 8 bulan. Kini, ia sudah menjalani 2 tahun penjara.

Sama halnya Suliyono, ia tidak punya keterampilan membatik. Ia terus belajar sehingga bisa menguasai teknik canting. Tiap karyanya terjual, ia mendapat bagi hasil.

"Dapat bagian Rp50-Rp100 ribu. Itu kalau kainnya terjual beberapa. Ya bersyukur bisa punya penghasilan sendiri dari dalam lapas," pungkasnya.

Baca Juga: Bebas dari Lapas Lamongan, Napi Kasus Terorisme Janji Kembali ke NKRI 

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya