Alumnus Undika Surabaya Jadi Sosok di Balik Layangan Putus

Its my dream mas, not her!

Surabaya, IDN Times - "It’s my dream mas, not her!" menjadi salah satu kalimat magis di serial Layangan Putus. Saking viralnya, kalimat ini kerap dipakai meme oleh warganet di media sosial (medsos). Namun sebelum viral dalam film, kisah Layangan Putus dihadirkan dalam novel. Nah, desainer cover bukunya ialah alumnus Universitas Dinamika (Undika), Surabaya.

1. Bermula dikenalkan oleh teman

Alumnus Undika Surabaya Jadi Sosok di Balik Layangan PutusAlumnus Prodi Desain Komunikasi Visual Undika angkatan 2014, Abimanyu Surya Nagara. Dok. Humas Undika Surabaya.

Alumnus Prodi Desain Komunikasi Visual Undika angkatan 2014, Abimanyu Surya Nagara mengatakan, awalnya dia bisa menjadi pendesain cover novel ini karena dikenalkan oleh seorang teman, yang juga seorang penulis, kepada redaksi RDM Publisher atau MD Entertaiment. Ia pun bertemu dengan Bung Dedi, yang akhirnya memilihnya dan menjadi perantara dengan sang penulis, Mommy ASF.

“Dari situ saya melalui proses brainstorming, dan juga mendengarkan garis besar kisah Layangan Putus ini dari Bung Dedi,” ujarnya tertulis, Rabu (9/2/2022).

Baca Juga: Ternyata 3 Hal Ini Loh yang Bikin 'Layangan Putus' Booming

2. Lakukan brainstorming kemudian tuangkan ide dalam cover

Alumnus Undika Surabaya Jadi Sosok di Balik Layangan PutusCover novel Layangan Putus. Dok. Humas Undika Surabaya.

Setelah proses brainstorming yang dilakukan bersama RDM Publisher, Abimanyu pun menuangkan ide kreatifnya dengan menggambarkan satu tokoh perempuan berhijab memegang bunga calla lily. Serta satu tokoh perempuan berhijab lain sedang bersanding dengan seorang laki-laki berjas biru.

“Di cover tersebut sosok utama saya gambarkan memegang bunga calla lily yang melambangkan kemurnian dan mengisyaratkan pribadi sang tokoh,” katanya.

3. Tak kaget novelnya jadi best seller dan filmnya viral

Alumnus Undika Surabaya Jadi Sosok di Balik Layangan PutusAlumnus Prodi Desain Komunikasi Visual Undika angkatan 2014, Abimanyu Surya Nagara. Dok. Humas Undika Surabaya.

Pria berusia 26 tahun ini melanjutkan, dalam konsepnya dia menggunakan warna pastel dengan dominasi warna pink dan ungu di dalamnya. “Pemilihan warna tersebut tentu saja tidak lepas dari ciri khas lukisan saya yang agak pastel dan melankolis,” terang Abimanyu.

Meskipun cerita yang dihadirkan melalui tulisan di novel dan serial Layangan Putus terdapat beberapa perbedaan, Abimanyu merasa tidak kaget jika kemudian novel ini menjadi salah satu buku best seller dan banyak diburu oleh masyarakat Indonesia.

“Tidak kaget sih ya, karena kan sebelum diangkat ke layar kaca, tulisan Mommy ASF ini telah menarik perhatian ratusan ribu pembaca hingga viral,” pungkasnya.

Baca Juga: Belajar dari Layangan Putus, Ini 5 Alasan Kamu Gak Perlu Balas Dendam

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya