Batik Shio yang Unik, Jadi Simbol Keberagaman Indonesia 

Sangat diminati masyarakat jelang perayaan Imlek

Malang, IDN Times - Indonesia dikenal sebagai negara yang punya keberagaman dan keunikan. Berbagai suku, agama, hingga etnis yang ada di Indonesia hidup berdampingan dan damai.

Keberagaman tersebut banyak menginsipirasi dunia untuk bisa mengikuti cara Indonesia dalam membina keberagaman. Tak sedikit pula yang menuangkan simbol keberagaman tersebut dalam sebuah karya. Salah satunya seperti kreasi unik dari Kait Handmade yang membuat motif shio untuk batik. Dua belas hewan yang ada dalam shio dinilai bisa mewakili keberagaman yang ada di Indonesia. 

1. Shio dinilai bisa mewakili keberagaman

Batik Shio yang Unik, Jadi Simbol Keberagaman Indonesia Proses pembuatan motif untuk batik tulis. IDN Times/Alfi Ramadana

Proses pembuatan batik shio tidak berbeda dengan proses batik pada umumnya. Yakni menggunakan cap atau tulis. Perbedaan utama adalah pada motif yang dikembangkan yakni simbol 12 hewan yang mewakili tahun, bulan, dan jam tertentu dalam astrologi Tionghoa.

12 hewan tersebut adalah tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi. Kedua belas hewan simbol shio dalam astrologi Tionghoa itu dinilai bisa mewakili keberagaman yang ada di Indonesia. 

"Kami melihat bahwa 12 hewan pada shio ini mewakili keberagaman di Indonesia. Walaupun berbeda, tetapi tetap bisa bersatu dalam sebuah harmoni," terang Direktur Kreatif Kait Handmade, Lusiana Limono, Jumat (5/2/2021). 

2. Proses pembuatan melibatkan perajin

Batik Shio yang Unik, Jadi Simbol Keberagaman Indonesia Proses pembuatan masker dari bahan kain batik motif shio di rumah produksi Kait Handmade. IDN Times/Alfi Ramadana

Proses pembuatanya juga turut menggambarkan persatuan dalam keberagaman. Lusiana menyebut, dalam mengerjakan batik shio ini, pihaknya bekerja sama dengan sejumlah perajin pada tiga kampung di Solo, Sragen, dan Pekalongan. Bahan baku serta motif yang diinginkan dibuat di Malang, lalu dikirim ke tiga kampung tersebut. Untuk selembar kain,  perlu waktu sekitar 1,5 hingga 2 bulan.

"Dalam sekali pengerjaan tidak mungkin hanya satu lembar kain, tetapi biasanya kami mengirim sekitar 10 lembar. Nanti akan dikerjakan. Setalah dua bulan kain yang sudah jadi akan dikirimkan kembali ke kami," tambahnya. 

Baca Juga: Serasi Banget, 11 Batik Couple dan Kebaya ala Selebgram Aestetika

3. Buat produk turunan

Batik Shio yang Unik, Jadi Simbol Keberagaman Indonesia Produk masker dan wadah angpau sebagai produk turunan dari batik shio. IDN Times/Alfi Ramadana

Setelah barang sudah dikirim kembali oleh perajin, proses selanjutnya adalah menyortir mana yang akan dibuat dalam bentuk kain dan mana yang akan dibuat untuk produk turunan. Beberapa produk turunan yang dihasilkan oleh Kait Handmade adalah pakaian, tas, kantong angpaum hingga masker. Produk turunan tersebut dibuat agar nilai jual dari kreasi batik shio tersebut bisa lebih baik ketimbang hanya dijual dalam bentuk kain. 

"Proses ini juga bergantung pada cepat atau lambatnya kain selesai dibatik. Sebab, sebagian besar perajin yang bekerja sama dengan Kait Handmade tidak sepenuhnya bekerja sebagai perajin batik. Sebagian dari mereka adalah petani. Jadi kalau musim panen maka proses bisa lebih lama," sambungnya. 

4. Peminat datang dari banyak kalangan

Batik Shio yang Unik, Jadi Simbol Keberagaman Indonesia Beberapa produk kain batik shio yang sudah siap dipasarkan. IDN Times/Alfi Ramadana

Menariknya, peminat dari batik shio serta produk turunannya tidak hanya datang dari warga Tionghoa saja, melainkan dari berbagai kalangan. Sebagian besar dari mereka berminat karena memang motif yang ditawarkan berbeda dari batik pada umumnya. 

"Sejauh ini yang kami lihat peminatnya tidak hanya dari satu kalangan saja. Sama halnya seperti produk batik lain yang juga diminati oleh berbagai kalangan," sambungnya. 

5. Produk masker jadi paling laris jelang Imlek

Batik Shio yang Unik, Jadi Simbol Keberagaman Indonesia Produk masker dan wadah angpau sebagai produk turunan dari batik shio. IDN Times/Alfi Ramadana

Jelang perayaan Imlek, produk masker menjadi yang paling laris. Harga yang ditawarkan sendiri cukup kompetitif. Untuk produk masker dijual dengan harga Rp25 ribu per buah. Sementara untuk produk lain, yakni kantong angpau dijual seharga Rp80 ribu. Lalu produk tas dijual mulai rentang Rp150 hingga Rp 800 ribu, bergantung pada motif serta kerumitan dalam proses pengerjaan.

Berikutnya ada baju yang dijual mulai rentang Rp1 juta hingga Rp2,5 juta. Untuk produk kain batik cap dijual dengan harga Rp480 ribu ukuran 225 cm x 110 cm. Kalau untuk yang batik tulis, dipasarkan mulai Rp1,5 juta untuk ukuran yang sama. Penjualan sendiri dilakukan melalui tiga tempat yakni MRT Fatmawati, Pendopo Alam Sutera, dan Alun-alun Grand Indonesia. 

"Omzet kami memang tidak terlalu besar karena memang produksinya juga terbatas. Untuk satu tenan omzetnya kisaran Rp10-15 juta, tetapi karena pandemik, ada penurunan sekitar 70 persen. Beruntung kami masih bisa tertolong melalui penjualan online," tukas Lusiana.

Baca Juga: Kreasi Chain Mask Mewah ala Desainer Malang, Ada yang Berlapis Emas 

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya