Anak Muda Malang Bikin Startup Pengelolaan Jelantah

Malang, IDN Times - Bagi sebagian orang, limbah minyak jelantah tak ubahnya hanya sampah yang lebih banyak dibuang. Tetapi di tangan sosok yang kreatif, minyak jelantah bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi lebih. Seperti yang dilakukan oleh Alexander Soegio (32) bersama rekan-rekannya. Minyak jelantah yang biasa dibuang mampu dimanfaatkan secara ekonomis dengan dikelola untuk menjadi biodiesel untuk bahan bakar perahu atau kapal nelayan.
1. Berawal dari permasalahan lingkungan
Ide awal usaha pengelolaan limbah minyak jelantah tersebut berawal dari melihat permasalahan lingkungan yang ada. Saat itu, Soegio dan beberapa rekannya melihat bahwa banyak limbah minyak jelantah yang hanya terbuang percuma. Kemudian pada Agustus tahun 2019, Soegio bersama beberapa rekannya mendirikan start up yang diberi nama Zerolim atau zero limbah di Jl Raya Perusahaan Raya No 8, Bodosari, Tunjungtirto, Singosari, Kabupaten Malang.
"Prosesnya adalah kami membeli minyak jelantahnya melalui digitalisasi bank sampah melalui aplikasi zerolim," urainya Minggu (29/5/2022).
Baca Juga: 10 Potret Pantai Banyu Meneng Malang yang Indah Bikin Terpana
2. Proses pengumpulan jelantah melalui aplikasi
Lebih jauh, Soegio menambahkan bahwa minyak jelantah tersebut diperoleh dari skala rumah tangga, restoran, cafe hingga home industri. Proses pengumpulan minyak jelantah sendiri menerapkan prinsip ekonomi sirkular melalui pemberdayaan masyarakat. Masyarakat bisa menyetorkan minyak jelantah di bank sampah Zerolim dengan mendaftar terlebih dahulu melalui aplikasi online. Ada 1.500 pengguna aktif yang sudah melakukan transaksi untuk minyak jelantah tersebut.
"Setelah masyarakat mendaftar, maka nantinya akan ada orang-orang yang bertugas mengambil minyak jelantah ke rumah-rumah, hingga home industri tersebut," imbuhnya.
3. Sebulan mampu tampung hingga 20 ton
Soegio menyebut bahwa dalam sebulan Zerolim bisa menampung jelantah hingga 20 ton per bulan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 persen diolah menjadi biodiesel. Untuk proses pengolahan biodieselnya sendiri, zerolim menggandeng pihak ketiga. Sedangkan saat ini pihaknya sendiri sudah memiliki mitra sebanyak 40 orang.
"Hasil produksi biodieselnya kami pasarkan kepada para nelayan di pesisir Jawa Timur sebagai bahan bakar penggerak kapal atau perahu. Beberapa lainnya juga kami ekspor ke beberapa negara," imbuhnya.
4. Mendapat apresiasi dari Wagub Jatim
Sementara itu, keberhasilan Soegio dan rekannya mengembangkan minyak jelantah tersebut diapresiasi oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak pada tahun 2021 lalu. Menurut Emil apa yang dilakukan Zerolim akan akan bisa juga merambah wilayah lain di Jawa Timur.
"Beliau berharap apa yang kami lakukan ini bisa diperluas lagi ke seluruh daerah Jawa Timur," katanya.
5. Tambah untuk pengolahan plastik
Saat ini, Zerolim tidak hanya sebatas mengelola limbah minyak jelantah saja. Tetapi juga mulai berkembang ke pengelolaan sampah plastik untuk didaur ulang. Untuk pengelolaan sampah plastik itu baru sekitar satu bulan ini dengan menggandeng lima bank sampah konvensional di Malang Raya.
"Kami mencoba membuka market baru untuk bank sampah konvensional. Karena saat ini sudah ada 5000 orang yang mengunduh aplikasi zerolim. Sehingga zerolim dengan bank sampah konvensional bisa berkolaborasi," tandasnya.
Baca Juga: Dilanda Bubble Burst, Sejumlah Startup Indonesia Ini PHK Massal
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.