7 Candi Peninggalan Zaman Dinasti Sailendra, Sarat Nilai Sejarah!

Ada tiga candi yang letaknya berdekatan

Dinasti Sailendra hadir buat menggantikan Dinasti Sanjaya yang sudah runtuh. Raja-raja Sailendra sudah mulai berkuasa di Sriwijaya, Sumatera, bahkan Kerajaan Medang sejak tahun 752. Mayoritas mereka adalah penganut agama Buddha Mahayana, jadi gak heran deh kalau peninggalannya juga banyak yang bercorak Buddha.

Selama masa kekuasaannya, mereka sering banget membangun candi-candi suci. Salah satu candi yang paling hits sampai sekarang adalah Candi Borobudur, yang dibangun oleh Samaratungga pada tahun 824 M. Gak cuma Borobudur, ada juga candi-candi lain sejak zaman Dinasti Sailendra yang masih eksis sampai hari ini. Yuk, simak!   

1. Candi Mendut

7 Candi Peninggalan Zaman Dinasti Sailendra, Sarat Nilai Sejarah!Potret Candi Mendut yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Menurut buku Babad Tanah Jawi (2017) karangan Soedjipto Abimanyu, Candi Mendut berada di posisi paling timur dari garis lurus tiga serangkai candi, yaitu Candi Borobudur, Pawon, dan Mendut. Candi ini didirikan oleh Dinasti Sailendra dan berlatar agama Buddha. Ini dibuktikan dengan adanya 48 buah bentuk stupa di bagian atasnya.

Seorang arkeolog Belanda menyatakan, sesuai prasasti yang ditemukan di Desa Karang Tengah bertarikh 824 M, Raja Indra telah membangun bangunan suci bernama venunava yang artinya hutan bambu. Jika ini benar, Candi Mendut diperkirakan berdiri pada abad ke-8 M. 

Ada tiga arca di ruangan khusus pada bagian dalam candi, yaitu Boddhisatwa Vajravani, Buddha Sakyamuni, dan Boddhisatwa Avalokitesvara. Ada pagar besi di bagian depan arca untuk membatasi pengunjung yang tidak berkepentingan. 

Relief di dinding candi ini masih tampak jelas. Rata-rata reliefnya menceritakan ajaran moral dengan tokoh binatang (fabel) sebagai pemerannya. Beberapa cerita yang bisa kamu temukan di sini, yaitu Brahmana dan Kepiting, Angsa dan Kura-kura, Dua Burung Betet yang Berbeda, serta Dharmabuddhi dan Dustabuddhi.

Baca Juga: 7 Kerajaan Kuno di Nusantara, Sebagian Mendiami Pulau Jawa

2. Candi Ngawen

7 Candi Peninggalan Zaman Dinasti Sailendra, Sarat Nilai Sejarah!Potret Candi Ngawen di Magelang, Jawa Tengah. (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang terletak 5 km jauhnya sebelum Candi Mendut dari arah Yogyakarta. Sesuai namanya, candi ini berlokasi di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.

Mengutip buku Babad Tanah Jawi (2017) karangan Soedjipto Abimanyu, candi ini diperkirakan berdiri pada abad ke-8 dan dibangun oleh Wangsa Sailendra pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi Ngawen memiliki lima buah candi kecil. Dua di antaranya mempunyai bentuk berbeda, sebab candinya dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. 

Ada juga sebuah patung Buddha dengan posisi duduk, Ratnasambawa, yang sudah tidak ada kepalanya. Meski begitu, relief pada sisi candi masih tampak cukup jelas. Ada ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.   

3. Candi Pawon

7 Candi Peninggalan Zaman Dinasti Sailendra, Sarat Nilai Sejarah!Potret Candi Pawon di Magelang, Jawa Tengah. (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Mengutip buku Babad Tanah Jawi (2017) karangan Soedjipto Abimanyu, Candi Pawon memiliki nama lain Brajanalan. Menurut Casparis, candi ini menjadi tempat penyimpanan abu jenazah Raja Indra, ayah Raja Samarratungga dari Dinasti Sailendra. Oleh karena itulah, nama pawon merupakan kependekan dari pawuan, yang berarti tempat menyimpan abu (awu). 

Di sini terdapat arca Boddhisatwa sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Indra. Dalam Prasasti Karang Tengah, disebutkan bahwa arca ini mengeluarkan wajra atau sinar. Dengan demikian, masyarakat menduga bahwa arca Boddhisatwa dibuat dari bahan perunggu. 

Batur candi berdiri megah setinggi 1,5 m, dengan tepinya dibuat berliku membentuk 20 sudut. Dindingnya dihiasi pahatan dengan motif bunga dan sulur-suluran.

Candi Pawon berbentuk ramping, tidak seperti candi Buddha pada umumnya yang berbentuk lebar. Atap candi berbentuk persegi bersusun dengan hiasan dagoba (kubah) kecil pada masing-masing sisinya. Puncak atap candi dihiasi dengan sebuah dagoba yang lebih besar. 

4. Candi Borobudur

7 Candi Peninggalan Zaman Dinasti Sailendra, Sarat Nilai Sejarah!Potret Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Candi Borobudur menjadi peninggalan Wangsa Sailendra terbesar di tanah Jawa. Candi Borobudur menjadi candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Angkor Wat di Kamboja.

Mengutip buku Babad Tanah Jawi (2017) karangan Soedjipto Abimanyu, beberapa orang menganggap nama Borobudur berasal dari bahasa Sansekerta bara yang berarti 'kompleks candi atau biara' dan beduhur yang berarti 'tinggi/di atas'. Selain itu, ada juga yang mengatakan nama ini berasal dari kata sambharabudhara yang berarti 'gunung yang lerengnya berteras-teras'.

Berdasarkan Prasasti Karang Tengah, Casparis menyebutkan bahwa Borobudur berasal dari kata bhumisambharabudhara yang berarti 'tempat pemujaan bagi arwah nenek moyang'. Masih dari sumber prasasti yang sama ditambah dengan Prasasti Kahuluan, candi ini diperkirakan didirikan oleh Raja Samaratungga dari Wangsa Sailendra sekitar tahun Sangkala rasa sagara kstidhara atau tahun Saka 746 (824 M), dan baru diselesaikan oleh putrinya yang bernama Dyah Ayu Pramodhawardani pada 847 M.

Menurut Prasasti Klurak (784 M), pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarma. 

5. Candi Kalasan

7 Candi Peninggalan Zaman Dinasti Sailendra, Sarat Nilai Sejarah!Potret Candi Kalasan di Sleman, DIY, Jawa Tengah. (kebudayaan.kemdikbud.go.id/)

Menurut buku Babad Tanah Jawi (2017) karangan Soedjipto Abimanyu, Candi Kalasan dibangun sebagai penghargaan atas perkawinan Raja Pancapana dari Dinasti Sanjaya dan Dyah Pramudya Wardhani dari Dinasti Sailendra. 

Di sini terdapat ukiran cantik yang dipahat dengan halus, lalu dilapisi vajralepa. Vajralepa adalah bahan kekuning-kuningan yang terbuat dari getah pohon tertentu. Konon katanya, vajralepa berfungsi sebagai pelindung lumut dan jamur. 

Candi ini menjulang setinggi 24 m. Fondasinya dibuat dengan mengadopsi bentuk Greek Cross. Rakai Panangkaran dari Wanca Sanjaya adalah pendiri candi ini. Ia menganut agama Hindu. Meski demikian, candi buatannya ini tetap bercorak Buddha atas bujukan guru-gurunya dari Wanca Sailendra. Candi ini sangat indah dengan pahatan batunya yang sangat halus.    

6. Candi Sari

7 Candi Peninggalan Zaman Dinasti Sailendra, Sarat Nilai Sejarah!Potret Candi Sari di Sleman, DIY, Jawa Tengah. (kebudayaan.kemdikbud.go.id/)

Mengutip buku Babad Tanah Jawi (2017) karangan Soedjipto Abimanyu, Candi Sari berarti candi yang indah. Sesuai dengan lokasinya, candi ini sering disebut Candi Bendan. Mulanya, candi ini ditemukan dalam kondisi rusak berat. Lalu, pada 1929, Dinas Purbakala memugarnya dengan lama pengerjaan sekitar satu tahun.

Candi ini diperkiraan dibangun pada abad ke-8 M, saat masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Pembuatannya bersamaan dengan masa pembangunan Candi Kalasan. Tak heran, keduanya memang memiliki banyak kemiripan dari segi arsitektur maupun reliefnya. Keterkaitan kedua candi ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Kalasan. 

Tubuh candi ini terdiri dari tiga ruangan atau bilik yang berjajar. Pada bagian luarnya, terdapat pahatan arca-arca yang diletakkan menjadi dua baris di antara jendela. Ada arca Dewa Boddhistawa dan Tara sebanyak 36 buah. Umumnya, arca ini digambarkan dengan sikap lemah gemulai, yaitu sikap tribangga

Di dalam candi ini ditemukan sebuah kuil. Ditelisik dari bentuknya, pada zaman dahulu candi ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat meditasi dan asrama bagi pendeta yang mengajar siswanya.  

7. Candi Plaosan

7 Candi Peninggalan Zaman Dinasti Sailendra, Sarat Nilai Sejarah!Potret Candi Plaosan di Klaten, DIY, Jawa Tengah. (kebudayaan.kemdikbud.go.id/)

Candi Plaosan merupakan sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi ini berada tak jauh dari Candi Sewu maupun Candi Prambanan.

Candi Plaosan memiliki corak Buddha. Ini dibuktikan dengan adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang lagi-lagi berbentuk stupa.   

Mengutip buku Babad Tanah Jawi (2017) karangan Soedjipto Abimanyu, kompleks ini sudah dibangun sejak abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Khulunan pada zaman Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno. Kompleks Candi Plaosan terdiri dari Candi Plaosan Lor (utara) dan Candi Plaosan Kidul (selatan).  

Nah, itulah 7 candi peninggalan zaman Dinasti Sailendra yang masih berdiri kokoh hingga hari ini. Jadi, candi mana saja yang sudah pernah kamu kunjungi?

Baca Juga: 6 Novel Berlatar Sejarah, Cerita Aktivis 98 dan Eksil

Talita Hariyanto Photo Community Writer Talita Hariyanto

Manusia hina sebagai makhluk mulia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya