TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Rekomendasi Buku Filsafat Feminisme untuk Mahasiswa

Feminis harus punya buku ini!

The Feminine Mystique. instagram.com/@wombhousebooks

Bagi mahasiswa yang ingin memahami dan terlibat dalam diskusi tentang kesetaraan gender, buku-buku tentang feminisme dapat menjadi sumber pengetahuan yang berharga. Melalui eksplorasi ide-ide kritis dan pengalaman hidup yang beragam, literatur feminis membantu pembaca merenungkan posisi mereka dalam masyarakat serta tantangan yang dihadapi perempuan di berbagai lapisan sosial.

Dengan mengedepankan suara perempuan dan mempertanyakan norma-norma yang telah mapan, karya-karya ini menawarkan perspektif yang kaya tentang bagaimana gender membentuk pengalaman hidup. Mahasiswa dapat menemukan inspirasi dan motivasi untuk menjadi agen perubahan melalui pemahaman yang lebih dalam mengenai feminisme.

Berikut adalah 7 rekomendasi buku yang mencakup beragam tema dan pendekatan, dari analisis teori hingga refleksi pribadi, yang dapat memperkaya pengetahuan dan memperluas pandangan mahasiswa tentang feminisme. 

1. The Second Sex - Simone de Beauvoir

The Second Sex. instagram.com/@bukuakik

Dalam buku ini, de Beauvoir menganalisis posisi perempuan dalam masyarakat, mengupas bagaimana perempuan sering kali diposisikan sebagai "yang lain" atau "yang kedua" dalam hubungan sosial dan budaya yang didominasi oleh laki-laki.

Ia terkenal dengan pernyataan bahwa "seseorang tidak dilahirkan sebagai perempuan, tetapi menjadi perempuan," yang menunjukkan bahwa gender bukanlah sekadar aspek biologis, melainkan hasil dari konstruksi sosial.

De Beauvoir mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan perempuan, termasuk pengalaman seksual, peran sosial, dan pengaruh budaya. Ia membahas isu-isu seperti pendidikan, pekerjaan, dan hubungan romantis, serta bagaimana norma-norma patriarkal membatasi kebebasan dan potensi perempuan.

Baca Juga: 10 Buku Filsafat Eksistensialisme Terbaik untuk Mahasiswa

2. Feminism Is for Everybody: Passionate Politics - bell hooks

Feminism Is for Everybody: Passionate Politics. instagram.com/@respectfully

Buku ini dimulai dengan membahas definisi feminisme dan tujuan utamanya, yaitu menghapus sistem patriarki yang menindas baik perempuan maupun laki-laki. hooks menggarisbawahi pentingnya pemahaman bahwa feminisme bukan hanya tentang kesetaraan gender, tetapi juga tentang keadilan sosial secara keseluruhan, mencakup isu-isu ras, kelas, dan seksualitas.

Dengan gaya yang langsung dan personal, hooks membahas berbagai topik, termasuk kekerasan terhadap perempuan, seksualitas, reproduksi, dan peran laki-laki dalam gerakan feminis. Ia mengajak pembaca untuk melihat feminisme sebagai politik kasih, yang tidak hanya berfokus pada kritik terhadap penindasan, tetapi juga pada membangun komunitas dan solidaritas.

3. The Beauty Myth: How Images of Beauty Are Used Against Women - Naomi Wolf

The Beauty Myth: How Images of Beauty Are Used Against Women. instagram.com/@communion_nyc

Buku ini mengkritik bagaimana standar kecantikan yang tidak realistis dan dikendalikan oleh industri media, mode, dan kecantikan digunakan untuk menekan dan mengendalikan perempuan.

Wolf berargumen bahwa ketika perempuan memperoleh lebih banyak kebebasan dan kesetaraan dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak politik, tekanan untuk mematuhi standar kecantikan fisik yang sangat spesifik semakin meningkat.

Ia menyebut hal ini sebagai "mitos kecantikan," sebuah konstruksi sosial yang dirancang untuk menjaga perempuan tetap fokus pada penampilan mereka, sehingga menghambat mereka dari mencapai potensi penuh dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Wolf menjelaskan bagaimana mitos kecantikan mempengaruhi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk diet, citra tubuh, seksualitas, dan penuaan. Dia menyoroti bagaimana perempuan sering kali merasa tidak pernah cukup baik secara fisik, karena standar kecantikan yang diciptakan oleh masyarakat patriarkal adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin dicapai oleh mayoritas perempuan.

Buku ini juga membahas dampak psikologis dari tekanan ini, seperti gangguan makan, rendahnya harga diri, dan meningkatnya ketidakpuasan terhadap tubuh. Wolf mengkritik cara industri kecantikan dan media memanipulasi ketakutan perempuan untuk keuntungan ekonomi, dan ia menyerukan pemberdayaan perempuan dengan menolak standar kecantikan yang sempit dan tidak manusiawi.

4. Sister Outsider - Audre Lorde

Sister Outsider. instagram.com/@by.rosieofori

Sister Outsider adalah kumpulan esai dan pidato yang ditulis oleh Audre Lorde, diterbitkan pada tahun 1984. Buku ini menjadi salah satu karya penting dalam feminisme, studi ras, dan teori queer, menggabungkan pengalaman pribadi dengan analisis kritis terhadap isu-isu sosial dan politik.

Lorde membahas berbagai tema, termasuk seksualitas, identitas ras, dan peran perempuan dalam masyarakat. Ia menyoroti pengalaman perempuan kulit hitam dan lesbian, serta bagaimana interseksionalitas, sebuah perpaduan antara berbagai identitas sosial seperti ras, gender, dan kelas memengaruhi pengalaman penindasan.

Salah satu esai terkenal dalam buku ini adalahThe Master’s Tools Will Never Dismantle the Master’s House, di mana Lorde menekankan bahwa pendekatan dan struktur patriarkal yang ada tidak akan pernah membawa perubahan yang nyata bagi mereka yang terpinggirkan. Dia mendorong pembaca untuk menggunakan suara dan pengalaman mereka sendiri sebagai alat untuk melawan penindasan.

Lorde juga mengeksplorasi pentingnya solidaritas antar perempuan dan komunitas yang terpinggirkan, menyerukan agar kita saling mendukung dan memahami satu sama lain.

5. We Should All Be Feminists - Chimamanda Ngozi Adichie

We Should All Be Feminists. instagram.com/@faith_siziba

Dalam buku ini, Adichie mengemukakan bahwa feminisme adalah tentang memperjuangkan kesetaraan gender dan bahwa semua orang, terlepas dari jenis kelamin, harus terlibat dalam gerakan ini.

Ia berbagi pengalaman pribadi dan observasi tentang bagaimana norma-norma gender dan stereotip seringkali membatasi potensi individu, baik perempuan maupun laki-laki.

Adichie menguraikan berbagai bentuk diskriminasi dan ketidakadilan yang dialami perempuan, dari perlakuan di tempat kerja hingga harapan sosial yang tidak realistis.

Dia juga menekankan pentingnya mengubah cara pandang terhadap feminisme, dari stigma negatif menjadi pemahaman bahwa feminisme adalah perjuangan untuk keadilan dan hak asasi manusia.

6. The Feminine Mystique - Betty Friedan

The Feminine Mystique. instagram.com/@wombhousebooks

The Feminine Mystique adalah buku yang ditulis oleh Betty Friedan dan diterbitkan pada tahun 1963. Karya ini sering dianggap sebagai pemicu gerakan feminis gelombang kedua di Amerika Serikat dan telah memiliki dampak besar dalam diskusi tentang peran perempuan dalam masyarakat.

Dalam bukunya, Friedan mengamati bahwa banyak perempuan, meskipun memiliki pendidikan dan potensi, merasa terjebak dalam peran tradisional sebagai istri dan ibu. Ia menyebut kondisi ini sebagai "misteri feminin," di mana perempuan dipaksa untuk mencari kebahagiaan melalui pengabdian kepada keluarga dan rumah tangga, sementara aspirasi pribadi dan profesional mereka sering kali diabaikan.

Friedan melakukan penelitian mendalam dan mewawancarai banyak perempuan untuk menggali pengalaman mereka, menunjukkan bahwa perasaan ketidakpuasan dan kehilangan identitas tidak hanya terjadi pada beberapa individu, tetapi merupakan fenomena yang lebih luas dan sistemik. Ia mengkritik budaya yang mempromosikan citra perempuan sebagai pemenuh kebutuhan domestik, serta media yang memperkuat norma-norma tersebut.

Buku ini juga membahas bagaimana pendidikan dan karir dapat memberikan perempuan kebebasan dan identitas yang lebih penuh, serta menyerukan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap perempuan. 

Verified Writer

Rachmaddani Rizki Saputra

Jurnalis magang katanya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya