Festival Kuliner, Ratusan Porsi Pecel Rawon Disajikan di Banyuwangi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Ratusan porsi pecel rawon, kuliner tradisional lokal Kabupaten Banyuwangi disajikan dalam Festival Banyuwangi Kuliner di Taman Blambangan, Selasa (23/4).
1. Diikuti ratusan peserta
Kuliner pecel rawon ditata di atas meja memanjang di jalan dengan penataan semenarik mungkin. Sebanyak 152 peserta yang ikut, berasal kalangan pengusaha kuliner, hotel, restoran, perwakilan instansi dan organisasi wanita di Banyuwangi.
"Ini nyiapin masakannya sejak subuh, jadi pagi ini masih fresh," kata Slamet (35) salah satu peserta Banyuwangi Kuliner asal Kecamatan Singojuruh.
Baca Juga: Partisipasi Pemilu 75 Persen, Bupati Anas: Warga Banyuwangi Dewasa
2. Pecel rawon, dua kuliner yang dijadikan satu
Pecel rawon menjadi pilihan tema Banyuwangi Kuliner tahun ini. Sebelumnya, sejumlah kuliner tradisional seperti sego tempong, pecel pitik, sego cawuk dan lainnya telah diangkat menjadi tema selama 7 tahun berturut-turut. Kuliner pecel rawon sendiri merupakan perpaduan dua kuliner pecel dan rawon yang dijadikan satu.
Slamet sendiri punya cara bagaimana cita rasa kuliner pecel rawon ini bisa seimbang dan pas di lidah. Sambal pecel yang dia gunakan, tidak banyak menggunakan cabai, namun lebih ke rasa manis.
"Yang penting pecelnya harus balance ada manis, gurih, gurih tanpa penyedap tentunya. Kalau rawonnya bumbu yang harus ada kluek biar warna hitam, rasa nya juga biar pekat, aromanya juga," katanya.
3. Banyak kuliner perpaduan di Banyuwangi
Menurut Slamet, kuliner pecel rawon tidak jauh berbeda dengan kuliner gabungan lain di Banyuwangi, dua jenis kuliner yang dijadikan menjadi satu, seperti rujak soto dan rujak bakso. Khusus untuk pecel rawon, bila ingin memberi rasa pedas tidak diletakkan pada sambal pecel, maupun kuah rawon. Rasa pedas harus disendirikan dengan membuat sambal yang terpisah.
"Sambal disendirikan. Kalau yang pedas dari pecelnya bisa keganggu," katanya.
Pecel rawon di Banyuwangi seringkali dilengkapi dengan laut tambahan rempeyek, tempe goreng, dan telur asin. Kemudian pada guyuran rawonnya jelas harus ada potongan daging sapi.
"Saya kenal pecel rawon yang sejak kecil dulu. Karena kan masyarakat Banyuwangi suka mencampur makanan, seperti bakso dicampur rujak, kemudian pecel dicampur rawon, padahal rawon sendiri bukan asli sini. Konsepnya sama dengan rujak soto, sama-sama dicampur," jelasnya.
4. Pecel rawon simbol keterbukaan masyarakat Banyuwangi
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Festival Banyuwangi Kuliner digelar untuk mengenalkan kuliner lokal kepada wisatawan, di sisi lain masyarakat memiliki porsi untuk memperkuat cita rasa kuliner daerah.
"Karena efek dari parawisata itu ada dua yang besar, food dan fashion. Ini menjadi tren millenial dan dunia, maka makanan dan fashion itu ratingnya tinggi di media televisi
Pecel rawon memiliki makna atau bentuk keterbukaan masyarakat Banyuwangi. Sama seperti ekspresi kulinernya yang terbuka, mau mencampurkan ragam kuliner Nusantara.
"Rawon bentuk keterbukaan orang Banyuwangi terhadap berbagai jenis kuliner yang ada di Indonesia. Ini pecel dipadukan dengan rawon," jelasnya.
5. Mengangkat kuliner lokal
Anas berharap, festival ini selain untuk mengangkat kekayaan kuliner lokal, juga sebagai wadah kreatif masyarakat untuk belajar bersama meningkatkan cita rasa kuliner lokal.
"Maka sudah 7 tahun ini, kami mengadakan festival kuliner. Mungkin tampak biasa saja, tapi dulu orang tidak kenal rujak soto, setelah kita festivalkan, muncul beragam ulasan tentang rujak soto. Ini cara Banyuwangi untuk mengangkat kuliner lokal, keberpihakan Banyuwangi terhadap kuliner lokal saya kira sudah total," paparnya.
Baca Juga: Puskesmas di Banyuwangi Beri Layanan Kesehatan Petugas Pemilu