Menikmati Manis dan Lembutnya Nasi Punel Khas Pasuruan

Sudah ada sejak 40 tahun lalu loh

Pasuruan, IDN Times - Cita rasa lembut dan manis menempel di lidah saat melahap nasi punel, kuliner khas Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Jika para wisatawan mengunjungi Kabupaten Pasuruan dan ingin mencari kuliner khas, masyarakat akan serempak menjawab nasi punel khas Pasuruan.

1. Nasi punel disajikan dengan berbagai macam lauk

Menikmati Manis dan Lembutnya Nasi Punel Khas PasuruanIDN Times/Fitria Madia

Menu nasi punel umumnya disajikan lengkap dengan berbagai macam lauk pauk di atas piring daun pisang. Pelengkap wajib dari nasi lengket ini adalah sambal dengan kacang panjang mentah, kikil, tahu bumbu bali, sate kerang, dan botokan (kelapa parut dan udang yang dikukus dalam daun pisang). Selain itu, pelanggan dapat memilih lauk tambahan seperti empal, paru goreng, dan lainnya.

IDN Times berkesempatan mencicipi nasi punel yang digemari warga Bangil yaitu Warung Pojok Nasi Punel di Jalan Diponegoro nomor 296. Warung ini cukup mencolok dengan cat hijau dan selambu berwarna hijau.

"Silakan Mbak, makan sini atau bungkus?" tanya seorang lelaki usai meladeni pelanggan yang berlalu membawa satu kantok plastik hitam penuh berisi bungkusan daun pisang.

Baca Juga: Berlauk Sate Komoh, Rawon Ini Terenak Kedua versi Pak Bondan

2. Terbuat bukan dari beras biasa

Menikmati Manis dan Lembutnya Nasi Punel Khas PasuruanIDN Times/Fitria Madia

 

Menu yang ditunggu akhirnya tiba. Nasi punel di sini nampak berporsi sedikit namun sebenarnya sudah mengenyangkan karena teksturnya yang lembut dan lengket. Saat melahap satu suap nasi, rasa manis khas nasi yang lembut begitu kuat di lidah. Ditambah lagi dengan taburan serundeng di atasnya.

Gufron, sang penjual, menjelaskan bahwa nasi punel bukan sembarang nasi. Nasi ini terbuat dari beras khusus tanpa campuran beras ketan. Beras ini disebutnya sebagai beras jawa khusus untuk nasi punel yang di tanam di daerah Pandaan, Pasuruan.

"Jadi kita belinya pesan dulu ke yang tani di sana. Nanti dikirim ke sini. Ini berasnya beda, nanamnya 8 bulan," jelas Gufron berapi-api.

3. Menanak nasi harus pakai tungku

Menikmati Manis dan Lembutnya Nasi Punel Khas PasuruanIDN Times/Fitria Madia

 

Untuk menanak nasi ini pun tidak dapat dilakukan sembarangan. Ia dan ibunya tetap mempertahankan tradisi yaitu menggunakan tungku api atau yang ia sebut tomang. Bahan bakar yang digunakan pun menggunakan kayu yang ia peroleh sendiri.

Proses pembuatan nasi punel yang masih tradisional sebanding dengan cita rasa manis yang berpadu sempurna dengan lauk pauk yang kuat. Bagian favorit dari nasi punel milik Warung Pojok adalah kikilnya yang lembut. Sambal yang pedas juga menyempurnakan menu tersebut.

4. Warung Pojok telah berjualan Nasi Punel sejak 40 tahun lalu

Menikmati Manis dan Lembutnya Nasi Punel Khas PasuruanIDN Times/Fitria Madia

 

Gufron menambahkan bahwa proses pembuatan nasi punel memang tak bisa sembarangan. Apalagi menggunakan alat tanak nasi elektronik seperti rice cooker. Nasi tidak akan menjadi punel sempurna dan rasa manis akan terganggu dengan aroma mesin. Bahkan daun-daun pisang tetap dipertahankan sebagai alas makan agar menjaga keaslian resep turun temurun ini.

"Ini ibu saya yang bikin. Mulai belum menikah sudah jualan. Jadi sekitar 40 tahun yang lalu. Sampai sekarang tetap sama seperti ini," terangnya.

5. Seporsi seharga Rp23 ribu

Menikmati Manis dan Lembutnya Nasi Punel Khas PasuruanIDN Times/Fitria Madia

 

Kenikmatan tekstur lembut dan rasa manis dari nasi punel dapat diraih seharga Rp23 ribu. Tarif tersebut termasuk lauk pauk serta satu tambahan lauk. Minuman yang tersedia di Warung Pojok adalah Es Teh dan Teh Hangat seharga Rp2 ribu. Hanya dengan merogoh kocek Rp25 ribu, nasi punel khas Pasuruan ini sudah dapat memanjakan lidah sekaligus mengobati rasa lapar di Kabupaten Pasuruan.

Baca Juga: Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih Pasuruan

Topik:

  • Faiz Nashrillah
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya