Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!

Mari memahami kebhinnekaan dari setusuk sate

Tak sekadar mengenyangkan, kuliner juga bisa menjadi atribut kebangsaan layaknya bendera atau bahasa nasional. Seseorang akan dengan mudah mengingat Pizza sebagai salah satu makanan Italia. Begitupun Sushi yang kadung identik dengan Jepang. 

Peneliti sejarah kuliner dari Universitas Padjajaran, Fadly Rahman dalam penelitiannya berjudul Kuliner Sebaga Identitas Keindonesiaan menyebut jika masakan adalah cara sebuah bangsa memposisikan pangan sebagai identitas mereka. 

"Terbentuknya masakan nasional sendiri merupakan cerminan semangat kebangsaan untuk membongkar budaya kuliner lama yang ada pada zaman kolonial," tulisnya. 

Di Indonesia sendiri ada banyak sekali kuliner yang menjadi identitas nasional, salah satunya adalah sate. Meski diyakini datang dari Arab dan Gujarat pada abad ke-19, daging bakar tusuk ini dengan mudah diterima oleh lidah masyarakat Nusantara. Selanjutnya, makanan ini berasimilasi dengan bumbu di berbagai daerah. Walhasil, setiap daerah kini mempunyai sate dengan ciri khas masing-masing. 

Hal ini juga dibenarkan oleh pakar kuliner Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Murdijati Gardjito. Dalam penelitiannya, ia menyebut sate atau satai dapat ditemui di hampir semua daerah di Indonesia. Namun, bahan dan bumbu yang digunakan pada tiap-tiap daerah berbeda.

"Terdapat 252 ragam sate dan hanya 175 ragam sate yang diketahui asal-usulnya dan 77 ragam sate tidak diketahui asal-usulnya," ungkapnya pada Kamis (12/8/2021). Yogyakarta merupakan daerah yang paling banyak ragam satenya, yaitu 21 jenis.

Kebanyakan sate di Indonesia, kata dia, menggunakan daging sapi. Masyarakat Indonesia juga punya banyak sekali cara dalam menikmati sate. Hal ini terlihat dari bumbu yang digunakan. "Ragam bumbu (selain garam) yang digunakan pada berbagai macam sate Indonesia yaitu sebanyak 66 jenis bumbu," jelasnya.

Sementara jika dilihat isi sausnya, mayoritas masyarakat di Indonesia lebih suka menyantap sate dengan bumbu kacang tanah. 

Tak hanya menjadi kebanggaan nasional, sate juga sudah go international. Makanan ini masuk dalam peringkat ke-14 dalam World’s 50 Most Delicious Foods versi CNN Go pada pada tahun 2011.

Nah, berikut adalah beberapa sate dari berbagai daerah di Indonesia

1. Sate Tuhuk dari Lampung

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Instagram.com/rm.pondokuring

Di Lampung tepatnya di Krui, Pesisir Barat terdapat sate unik berbahan baku dari ikan Blue Marlin atau dalam bahasa Lampung dikenal dengan nama tuhuk. Makanan satu ini menjadi primadona bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Selebgram kuliner Lampung, Betty Judith mengatakan bahwa aroma sate ikan tuhuk ini sama sekali tidak amis seperti ikan pada umumnya. Apalagi dipadukan dengan bumbu sate yang sangat meresap ke dalam daging ikan.

"Dicocol kecap sama cabai rawit mantap banget. Kalau ke Krui wajib cobain karena makannya sambil ngeliat pemandangan dijamin gak nyesel," ujarnya, Senin (9/8/2021).

Selain ikan tuhuk, bahan lain yang digunakan dalam sate ini antara lain, cabai rawit merah, cabai merah panjang, bawang putih, bawang merah, kemiri, merica, garam secukupnya dan penyedap rasa.

Kemudian, siapkan kacang tanah yang sudah dibersihkan 250 gram, tomat dan timun masing-masing 1 buah, cabai kecil (10 buah) dan bawang goreng secukupnya.

Cara membuatnya, goreng kacang, bawang merah, bawang putih, cabai, kemiri, dan merica sampai matang. Haluskan bahan tersebut lalu tumis bumbu dan tambahkan garam, penyedap rasa dan masak sampai mengental.

Jika bumbu kacang sudah siap, potong dadu ikan tuhuk kemudian tusukkan ke bambu.
Panggang ikan sampai matang. Lalu oleskan ikan dengan bumbu kacang yang sudah dibuat dengan tambahan sedikit minyak dan air. Setelah matang kamu bisa hidangkan sate tuhuk dengan bumbu potongan cabai, tomat, bawang merah dan beri tambahan kecap.

 

2. Sate Kronyos dari Jogja

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Proses mengolah sate krenyos hingga siap disajikan.(IDN Times/Daruwaskita)

‎Bagi penyuka wisata kuliner di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pasti gak asing lagi dengan sate klatak. Tapi, ada pula jenis sate lainnya yang gak kalah unik, yaitu sate kronyos. IDN Times mencicipi menu sate kronyos di salah satu warung makan legendaris di kawasan Jejeran, Jalan Imogiri Timur, Pleret, Bantul, yaitu Warung Mak Adi.

Pemilik Warung Mak Adi, Hendy Feru Aditya, mengatakan sate kronyos adalah masakan yang berbahan utama lemak kambing. Namun, yang dimasak bukan lemak biasa, melainkan sandung lamur atau lemak putih kenyal yang menempel di daging kambing.

"Sandung lamur itu seperti lemak namun di pinggiran daging jadi bukan lemak murni. Ada sedikit campuran dagingnya," katanya, Rabu (11/8/2021).

Cara membuatnya pun cukup mudah. Potongan sandung lamur yang sudah diiris dimasukkan dalam minyak goreng yang mendidih. Agar citarasanya lebih terjaga, memasaknya bisa menggunakan arang.

Saat menggoreng sandunglamur tersebut, Hendy mencampurkan beberapa sendok kuah gulai dengan citra rasa gurih dicampur dengan bumbu rempah agar lebih nikmat.

 

3. Sate payau daging Rusa dari Kaltim

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Sate payau andalan warga Tenggarong Kutai Kartanegara Kaltim. Foto istimewa

icara soal sate, Pulau Kalimantan juga memiliki kuliner khas yang mengadopsi santapan daging bakar plus torehan bumbu sambal kacang ataupun sekadar kecap manis dengan irisan bawang dan cabai segar. 

Masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar) tempat asal menu makanan ini menamainya dengan sate payau yang berbahan dasar daging rusa.

“Kaltim umumnya di kepulauan Kalimantan ya, itu memang makanan sate yang paling khas dan dicari wisatawan ya sate payau,” kata Elly Hartati Rasyid, salah satu cucu dari mendiang pahlawan Kesultanan Kutai Bernama Muso Salim saat dihubungi, Jumat (13/8/2021). 

Menurut dia, Kaltim dulunya adalah Kerajaan Kutai Martadipura atau Kutai Martapura yang pada abad ke 4 (300 Masehi) memiliki mayoritas penduduk penganut agama Hindu.  Dalam masa kerajaan itu, makanan khas Kutai sangat beragam dengan mangadopsi gaya kuliner dari Belanda dan India.

Selain itu, makanan berjenis daging yang paling menjadi santapan pokok warga Kalimantan ialah daging rusa. Pasalnya, saat itu di Kaltim hewan rusa menjadi salah satu hewan liar yang paling sering ditemui di Kukar. 

“Dulu sekali, masih zaman kerajaan, di Kepulauan Kalimantan ini, agama mayoritas adalah Hindu, nah umat Hindu itu, tidak makan daging sapi. Sapi itu sakral kan. Di sini juga yang paling banyak itu payau. Jadi warga yang berburu ya pasti berburu payau,” jelas Elly perempuan yang membuka usaha warung makan sate legendaris di Tenggarong. Namun, saat ini penjual sate ini kian susah ditemui karena adanya larangan perburuan rusa.

4. Sate ayam Kuin Abdhu di Kalimantan Timur

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Sate Ayam Kuin Abdhu Balikpapan (IDN Times/ Fatmawati)

Di Balikpapan, ada satu menu sate ayam khas racikan keluarga dari Suku Banjar. Salah satu tempat yang menjual sate ini adalah Warung Kuin Abdhu yang berlokasi di di Jalan Ahmad Yani Gunung Sari dan Jalan MT Haryono Damai.

Pegawai Kuin Abdhu Gunung Sari Ilir Rita mengungkapkan, bahan bumbu kacang sate Kuin Abdhu tidak menggunakan ketumbar seperti sate lainnya. Sehingga rasanya lebih ringan dan tak terlalu berempah, namun tetap enak dengan kacang dan kecap. 

Selain tanpa ketumbar, bumbu kacang mereka juga menggunakan cabai kering. Untuk ayam yang digunakan juga sudah diungkep bumbu sebelum dibakar. Jadi rasanya empuk dan tidak terlalu kering. Untuk satu porsi, warung ini membanderolnya seharga Rp18 ribu. Selain sate, di warung ini juga tersedia soto banjar. 

5. Sate kerang dari Jawa Timur

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Sate kerang di daerah Manukan, Surabaya. IDN Times/Fitria Madia

Jika kebanyakan sate menggunakan bahan dasar daging sapi, ayam atau kambing, di Jawa Timur, tepatnya di Sidoarjo ada sate kerang. Sate ini biasanya dijadikan pelengkap sajian utama lontong kupang. Meski berasal dari Sidoarjo, namun sate kerang bisa dijumpai di hampir semua daerah di Jatim, salah satunya di Surabaya.

Buat kalian yang kebetulan sedang berada di Surabaya, coba saja cicipi sate ini di daerah Manukan, tepatnya sekitar 150 meter sebelum Terminal Manukan. Di sana ada warung yang menyediakan sate kerang dengan bumbu petis hitam.

"Satenya bisa dicampur dengan lontong kupang atau disajikan sendiri. Terserah mintanya gimana," ujar Kurnia Vitasari, salah satu pedagang warung itu, Sabtu (14/8/2021)

Sate kerang dan lontong kupang termasuk makanan yang mudah dijangkau. Seporsi sate kerang berisi 5 tusuk dihargai Rp5 ribu. Sedangkan lontong kupang yang sudah lengkap dengan lentho serta kupang yang melimpah cuma dibanderol seharga Rp10 ribu. Dengan Rp15 ribu saja, kamu sudah bisa mendapatkan lontong kupang lengkap dengan sate kerang.

6. Sate Maranggi dari Jabar

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Abdul Halim/IDN Times

Sate maranggi menjadi kuliner khas di beberapa daerah seperti di Kabupaten Purwakarta dan Cianjur, Jawa Barat. Menurut penelusuran ke sejumlah destinasi kuliner sate maranggi di Purwakarta, diketahui setidaknya dua versi sejarah yang berbeda. Cerita itu disampaikan secara turun temurun di antara warga lokal.

"Nama sate maranggi yang kita tahu sekarang konon katanya berasal dari nama Mak Ranggi itu," kata Endang (62 tahun), salah seorang pedagang sate maranggi di Kampung Maranggi Plered, Jumat (13/8/2021). Namun, maranggi yang ada saat itu diketahui tidak ditusuk dan dimasak dengan cara diasap.

Namun kisah itu tak berlaku bagi warga Kecamatan Wanayasa dan Kiarapedes, Purwakarta. Sejak dahulu, penduduk lokal di sana disebut-sebut telah memasak sate dengan cara ditusuk seperti yang ada sekarang, namun awalnya dinamakan panggang.

"Ciri khasnya dari dulu itu dagingnya (yang telah ditusuk) direndam di bumbu rempah-rempah sebelum dibakar," kata Eneng, seorang pedagang sate maranggi di Kecamatan Kiarapedes. Sate ini umumnya menggunakan daging kambing atau sapi.

Rumah makan yang paling dikenal masyarakat luas mungkin adalah Sate Maranggi Hj. Yetti di Kecamatan Bungursari. Namun, sebenarnya ada banyak pedagang sate maranggi lain yang tak kalah lezat dan populer di Purwakarta, salah satunya ialah Sate Pareang di Kecamatan Kiarapedes. Harga setiap tusuk sate di sana rata-rata Rp1.500 hingga Rp2.000. 

7. Sate kelinci Lembang dari Jawa Barat

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Sate Kelinci Lembang. (IDN Times/Bagus F)

Lembang bukan hanya wilayah dengan ragam wisata, melainkan juga punya bermacam kuliner yang berjejer di sepanjang jalur wisata. Salah satu kuliner yang khas di sana adalah sate kelinci. Keberadaannya diperkirakan mulai dikenal sejak tahun 1990-an.

Rusli Ruhiyat, (57 tahun) menjadi saksi bagaimana sate kelinci di Lembang perlahan dikenal. Menurutnya, di sana sate kelinci paling melegenda ialah Sate Kelinci Pak Sapri yang berdiri sejak 1995.

"Dulu saya sebagai pemasok kelincinya. Tapi seiring berjalannya waktu sekitar tahun 1999 saya mulai buka kedai sate kelinci sendiri," ujar Rusli di warung sate miliknya, Sabtu (14/8/2021).

Ramainya kuliner khas Lembang ini juga mengundang rasa penasaran selebriti papan atas. Tak hanya itu, beberapa chef ternama juga tak luput merasakan kelezatan sate kelinci.

Menurutnya, kelezatan daging sate bakal lebih terasa jika daging yang dibakar merupakan daging segar kurang dari satu hari. Sate kelinci ini menggunakan daging dari kelinci jenis pedaging atau kelinci Australia.

Namun, kejayaan sate kelinci rupanya tak abadi. Para peternak kelinci di wilayah Lembang sudah mulai beralih, begitupun UMKM lainnya yang perlahan menutup warungnya. 

"Mungkin karena para peternak kelincinya juga sudah mulai berkurang, sehingga harga kelinci juga terbilang mahal. Dari 40 UMKM sate kelinci, sekarang cuma 8 warung sate. Bisa dibilang hampir punah," sebut Rusli. Di sisi lain, stigma buruk terhadap kuliner ini juga seringkali menjadi alasan pelanggan untuk beralih ke sate lain.

Baca Juga: Empuk dan Nikmat! Sate Kambing 29 Kota Lama Legendaris di Semarang

8. Sate Cucuk Manis dari Sumatra Selatan

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Menyantap Sate Cucuk Manis, Menu Ratusan Tahun Asal Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Tak ketinggalan, Palembang juga memiliki sate khas bernama Sate Cucuk Manis. Rasa sate ini merupakan perpaduan sensasi pedas dan gurih. Hadir sejak ratusan tahun lalu, Sate Cucuk Manis khas Bumi Sriwijaya merupakan sajian legendaris keluarga Tolidin yang akrab disapa Wak Din. Keluarga ini yang tinggal di Seberang Ulu, Palembang. Resep Sate Cucuk Manis pun sudah menjadi resep warisan turun menurun hingga generasi keempat. Berlokasi di Jalan KH Azhari 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu, Sate Cucuk Manis Wak Din disebut-sebut sudah berdiri sejak 1700-an lalu. 

Sekilas, sate Cucuk Manis Wak Din tampak sama seperti sate pada umumnya. Namun jika dilihat lebih dekat, daging yang ditusukkan pada batang lidi tersebut dipotong dengan ukuran dadu lebih besar ketimbang sate lain.

Selain terhidang kuah bumbu kecap dan irisan bawang bombai, menikmati Sate Cucuk Manis Wak Din cocok dipadukan bersama semangkuk kaldu daging yang gurih. "Kuahnya bisa dipilih tergantung selera, kuah kaldu sop atau kuah pindang," kata pemilik warung sate Wak Din, Siti Hawa. Tiap tusuk satai dijual Rp6.000. Namun untuk seporsi hidangan ditambah nasi, satai dijual Rp35 ribu.

Baca Juga: Lezatnya Sate Kerang Khas Sidoarjo, Seporsi Cuma Rp5 Ribu

9. Sate Kerang dari Sumatra Utara

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Sate Kerang Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)

Tak cuma di Jawa Timur, sate kerang juga bisa ditemukan di Sumatra Utara. Ada beberapa sate kerang yang populer dan sering dijadikan oleh-oleh. Salah satunya Sate Kerang Medan yang beralamat Jalan Sei Petani No. 28/34 Medan. Warung ini buka pukul 11.00  sampai 21.00 WIB.

Pemilik warung Sate Kerang Medan, Anggara Prasetya mengatakan bahwa kuliner tersebut mempunyai rasa yang khas. Ia pun mengaku tak sembarang memilih kerang sebagai bahan baku. Maklum, selama ini, kerang merupakan salah satu hewan yang berfungsi sebagai penyerap polutan. Jika ia hidup di perairan berpolusi, maka otomatis dagingnya pun akan mengandung polutan. 

Anggara memakai kerang yang berasal dari Tanjung Balai dan dipercaya higienis hingga menjadi oleh-oleh spesial. "Berasal dari kerang Tanjung Balai yang dikawal langsung mulai dari proses pengambilan kerang, pengiriman ke medan dan sampai di lokasi di sortir lagi kerang yang terbaik, serta cara penanganan yang memperhatikan higienis dan sanitasi," ucapnya.

Agar semakin menarik, Anggara bahkan berencana membuat kerang kemasan kaleng. "Jadi bisa disantap kapanpun dan di mana pun. September akan launching produk baru sate kerang dengan kemasan kaleng, dan siap untuk dikirim ke seluruh Indonesia," tutupnya.

10. Sate gurita dan sate ikan khas Bali

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Sate Gurita Khas Karangasem

Kalau kamu mengira bahwa di Bali cuma ada sate lilit, kamu salah. Pulau Dewata juga memiliki berbagai jenis sate lain, terutama yang berbahan ikan laut. Apabila melintas ke Kawasan Abang, Kabupaten Karangasem, sampai dengan kawasan Tulamben, kamu bakal banyak menemui pedagang sate gurita. Sate gurita yang dijual di Karangasem memiliki ciri khas bumbu kuning yang rasanya sangat nikmat.

Sate gurita di Karangasem biasanya disajikan dengan kuah daging gurita yang kenyal. Bumbu kuning pada sate gurita juga membuatnya terasa tidak amis.

Selain gurita, kamu juga bisa menemukan sate ikan di Desa Pesinggahan. Sate ikan ini ada dua jenis, yakni sate ikan tusuk dan sate ikan lilit. Kedua sate ini sama nikmatnya.

Sate ikan di Desa Pesinggahan biasanya disajikan bersama dengan sambel matah dan kacang tanah. Semakin sedap ditambahkan dengan plecing kangkung. Dijamin bakal nikmat. 

11. Sate kambing 29 Kota Lama dari Jawa Tengah

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Rumah makan Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama Semarang, (IDN Times/Dhana Kencana)

Sebagai salah satu surganya pencinta kuliner daging kambing, Jawa Tengah punya banyak sekali ragam sate. Salah satu yang harus kalian coba saat mempir ke Semarang adalah sate kambing 29 di warung Yap Pak Yoe.

Berada tepat di seberang Gereja Blenduk, rumah makan yang berlokasi di Jalan Letjen Suprapto No 29 Semarang ini sudah berdiri sejak tahun 1963. Pria bernama Yap Pak Yoe adalah perintis usaha kuliner tersebut. 

Yap mengolahnya dengan bumbu rempah-rempah yang kuat sehingga aroma daging kambing yang prengus itu hilang. Selain itu, ia juga punya teknik tersendiri agar daging kambing yang dimasak menjadi sate bisa empuk dan juicy.

Tidak hanya daging kambing mulus yang dipotong dadu kemudian ditusuk dengan batang bambu. Dia juga membuat sate buntel yang spesial dari daging kambing yang dicacah dan dibumbui, lalu dibungkus dengan lemak kambing. 

Warung ini pun kini dikelola oleh generasi ketiga Ya Pak Yoe, Yap Indah Kumala Dewi. Ia mengaku terus mempertahankan resep dari kakeknya. 

"Sebab, ini kan resep warisan kakek yang diturunkan ke generasi selanjutnya kan. Jadi kami tetap mempertahankan menu-menunya, kualitas bahan, higienitas sampai pelayanannya,’’ ungkap generasi ketiga dari Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama itu kepada IDN Times, Jumat (13/8/2021).

12. Sate Pokea dari Sulawesi Tenggara

Indonesia, Berbeda-beda Tetap Sate Jua!Instagram.com/arham_kendari

Penduduk Sulawesi Tenggara (Sultra) punya sate versinya sendiri, yakni sate pokea. Pokea merupakan kosakata bahasa Tolaki yang berarti "kerang." Tapi, kerang yang jadi bahan baku punya nilai khas lantaran status endemik alias cuma hidup di provinsi tersebut. Kerang tersebut hidup di air tawar dengan nama latin Batissa violacea var. celebensis.  Hewan ini ditemukan oleh ahli zoologi asal Jerman bernama Eduard von Martens pada tahun 1887.

Cara pembuatannya pun berbeda dari sate kebanyakan. Pokea, yang udah dicuci bersih, harus direbus dalam air hingga seluruh cangkangnya terbuka.  Setelah proses pertama dilalui, metode pengolahannya terbagi menjadi dua. Pertama, langsung ditusuk dan disiram bumbu kacang setelah diangkat dari air rebusan alias tidak dibakar. Kedua, air rebusan dan daging dicampur bumbu penguat rasa yang sudah dihaluskan.

Umumnya, bumbu yang dipakai pada cara kedua terdiri dari lengkuas, gula pasir serta garam. Turut pula garam, bawang putih, ketumbar bubuk ditambah merica bubuk.

Untuk cara pengolahan yang kedua, bumbu tambahan dan seluruh daging pokea diaduk rata hingga matang dan air rebusannya berkurang. Setelah itu, matikan api. Tapi, air rebusan yang sudah bercampur bumbu tidak dibuang. Sisa rebusan bumbu ini dicampur bersama saus kacang yang jadi pelengkap. Daging pokea kemudian ditusuk dan dibakar di atas bara api. Saus kemudian dilumurkan pada seluruh tusukan daging. 

Baca Juga: Sensasi Sate Payau dari Olahan Daging Rusa yang Rasanya Nagih 

Itu tadi deretan sate yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara. Dari sate, kita bisa tahu betapa beragamnya Indonesia kita tercinta ini. Percayalah, memahami kebhinnekaan tak perlu dengan memasang baliho jumbo di tepi jalan. Cukup duduk di meja makanmu dan nikmatilah berbagai kuliner Nusantara. Selain masuk akal, cara ini juga tentu lebih mengenyangkan. Merdeka!

Baca Juga: Uniknya Sate Kronyos Mak Adi Bantul, Gurihnya Menggoda Lidah

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya