Menikmati Sate Gebug, Kuliner Malang yang Berusia 99 Tahun

Ornamen Belanda yang ada di warung tetap dipertahankan

Malang, IDN Times - Sate memang sudah cukup bagi sebagian besar warga Indonesia. Makanan ini biasanya terbuat dari daging ayam ataupun kambing. Tetapi ada yang berbeda dengan sate yang ada di Kota Malang ini. Sate tersebut menggunakan daging sapi.

Makanan yang memiliki nama "Sate Gebug". Warung Sate Gebug bertempat di Jalan Basuki Rahmat 113 A, Klojen, Kota Malang. Uniknya, penganan ini merupakan makanan yang legendaris karena telah berdiri sejak 1920 atau 99 tahun lalu saat Indonesia masih dijajah Belanda.

1. Bangunan bekas toko es pada zaman belanda

Menikmati Sate Gebug, Kuliner Malang yang Berusia 99 TahunIDN Times/Bela Ikhsan

Achmad Kabir (24) pemilik warung telah menjadi generasi keempat. Kabir telah mendapatkan mandat dari almarhum sang ayah, Tjipto Sugiono untuk mengelola warung ini bersama ibunya. 

Kabir menerangkan bahwa warung ini dibeli oleh kakek buyutnya dari orang Belanda. Konon katanya bangunan yang sekarang ditempatinya adalah tempat toko es pada zaman penjajahan. Bangunannya pun hingga sekarang tetap berdiri kokoh dan masih digunakan untuk melayani pengunjung.

Bangunan berukuran ukuran 8x7 meter persegi ini telah sebenarnya telah direhab sebanyak 2 kali yakni, pada tahun 1965 dan 1995. Namun, tak ada perubahan mendasar karena hanya menambahkan atap untuk tempat makan dan pagar.

"Kalau cerita dari ayah, warung ini awalnya hanya ditutupi seng aja. Setelah dipegang ayah, warung ini dibuat senyaman mungkin bagi pengunjung," ujarnya, Kamis, (24/1).

2. Menunya tidak ada yang berubah

Menikmati Sate Gebug, Kuliner Malang yang Berusia 99 TahunIDN Times/Bela Ikhsan

Selain bangunan yang legendaris, Sate Gebug ini juga memiliki menu makanan yang legendaris. Dari sejak awal berdiri hingga sekarang, tidak menu yang ditambahkan. Menu yang disediakan yakni, sate gebug, rawon, soto, dan sop daging.

Warung ini sebenarnya pernah menjual sayur lodeh tewel. Tewel yang digunakannya pun menggunakan tewel merah. Namun, sejak tewel merah tidak ada, menu itu tak lagi disediakan.

"Lebih baik kami tidak menjualnya apabila bahan sudah ada sebab, apabila menggunakan bahan lainnya, itu akan membuat rasa yang berbeda," ungkapnya.

3. Mengambil daging sapi tenderloin dan sirloin

Menikmati Sate Gebug, Kuliner Malang yang Berusia 99 TahunIDN Times/Bela Ikhsan

Cita rasa dari makanan yang disediakan pun tetap dipertahankan. Daging yang digunakan bukan daging sapi biasa, melainkan daging pilihan. Daging pilihan itu diambil dari tubuh sapi bagian tenderloin atau bagian tengah badan serta sirloin atau has dalam.

Keunikan lainnya adalah Sate Gebug dibuat dengan cara yang tidak biasa. Jika biasanya sate hanya ditusuk, daging sapi untuk bahan ini dipukul atau digebug. Tujuannya agar teksturnya menipis dan mudah dikunyah. Baru setelah itu ditusuk sebelum dibakar.

4. Bukan resep yang diturunkan, melainkan cara memasak yang benar

Menikmati Sate Gebug, Kuliner Malang yang Berusia 99 TahunIDN Times/Bela Ikhsan

Kabir mengatakan bahwa keluarganya dari dahulu tidak pernah memberikan resep, namun mengajarkan bagaiamana caranya memasak. Kabir telah diajari untuk mencari bahan makanan sejak Sekolah Dasar kelas 3 dan baru diajarkan masak pada SMP kelas 2. Meski begitu, ia mengaku baru bisa memasak sesuai dengan cita rasa khasnya pada kelas 1 SMA.

"Ayah tidak memberikan resep kepada saya, melainkan semua dari hasil insting untuk bagaimana caranya memiliki rasa yang sama," ungkapnya.

Baca Juga: 5 Sate Legendaris Langganan Para Presiden RI, Rugi kalau Belum Cobain

5. Patut dicoba bagi yang sedang berkunjung ke Kota Malang

Menikmati Sate Gebug, Kuliner Malang yang Berusia 99 TahunIDN Times/Bela Ikhsan

Menurut Kabir, satenya tak hanya diminati wisatawan lokal. Tak jarang, turis mancanegara mendatangi warungnya. Harga menu yang disediakannya pun tidak terlalu mahal, mulai Rp15-Rp35 ribu per porsi.

"Ini patut dicoba. Ini kan makanan legendaris, rasanya enak, murah juga, jadi kalau ke Malang wajib ke sin. Saya dari surabaya ke Malang hanya makan ke sini. Diberitahu oleh teman, suasana dan ornamennya kayak di zaman belanda," ujar pengunjung, Sofyan Arif Candra (25).

Baca Juga: Bikin Ketagihan, Lezatnya 7 Sate Khas Jawa Timur Ini Wajib Kamu Coba

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya