Menengok Kafe Bernuansa Jawa Eropa di Kota Malang

Hadirkan suasana berbeda untuk para pecinta kopi

Malang, IDN Times - Nuansa Eropa terutama Belanda langsung terasa begitu memasuki kafe bernama Huize Jon Coffe. Kafe yang berada di Jl Majapahit, Kota Malang ini memang mengusung tema yang berbeda dibanding kafe lain. Perpaduan nuansa Jawa dan Eropa terutama Belanda sangat kental terasa.

Tampak dari luar bangunan nuansa modern menyapa setiap pengunjung yang akan masuk ke kafe. Sementara ketika memasuki bagian dalam dari kafe sejumlah benda antik khas Jawa langsung tampak. Sepasang patung orang berpakaian adat Jawa langsung tampak menjadi ikon pada bagian dalam. 

1. Padukan dengan ornamen khas Belanda

Menengok Kafe Bernuansa Jawa Eropa di Kota MalangTampak tulisan berbahasa Belanda yang menjadi ikon kafe tersebut. Dok/istimewa

Pada bagian dalam ruang kafe juga terdapan sebuah tulisan berbahasa Belanda besar "Hartelijk Welkom on Malang. Huize Djon Geschickt Voor Het Maken Van Mooie Uitstapjes Gezzelige Sfeer Voor Iedere Gast". Tulisan tersebut memiliki arti Selamat datang di Malang dengan sesungguhnya. Beberapa ornamen-ornamen kuno khas Eropa dan Jawa, mulai dari jam dinding klasik buatan Jerman berusia 75 tahun lebih, televisi, radio kuno, aneka wayang kulit, foto klasik, hingga ukiran kuno menjadi penghias sisi dalam kafe. 

Nuansa Belanda juga kian terasa dengan tulisan berbahasa Belanda pada sisi bagian utara ruangan yakni 'Uitsmijter Toast'. Uitsmijter sendiri adalah nama khas sandwich Belanda, sedangkan toast berarti roti panggang. 

"Kekuatan yang ingin kami kedepankan adalah perpaduan budaya heritage Jawa dan Eropa," ucap Jon Alif, pemilik kafe tersebut," Selasa (11/1/2022). 

Baca Juga: 5 Cafe Outdoor di Malang dengan Lanskap Menawan

2. Padukan dua unsur budaya untuk perluas pasar

Menengok Kafe Bernuansa Jawa Eropa di Kota MalangBagian dalam dari Huize Jon Coffe yang bernuansa klasik Jawa Belanda dengan berbagai hiasan ornamen pada sisi dinding. Dok/istimewa

Jon memang sengaja menggabungkan dua budaya yang berbeda. Hal itu dilakukan untuk membuat kafe tersebut lebih menarik sekaligus memperluas pasar dari kafe itu sendiri. Makanya dirinya juga memasukkan beberapa tulisan berbahasa Belanda demi bisa menarik perhatian pengunjung. Terlebih dia memang merupakan sosok yang menyukai budaya dan sejarah, terutama yang berkaitan dengan budaya Jawa dan Belanda. Bahkan ia sempat pergi langsung ke negeri Kincir Angin tahun 1993 untuk mempelajari lebih detail tentang budaya Belanda.

"Pada beberapa tulisan memang kami tambahkan sedikot detail. Semisal ucapan selama datang seharusnya cukup dengan welcome saja. Tetapi kami tambahkan dengan Hartelijk berarti sunguh-sungguh. Artinya pengunjung sungguh-sungguh datang ke Malang," imbuhnya. 

3. Dapat hibah benda-benda antik untuk kafenya

Menengok Kafe Bernuansa Jawa Eropa di Kota MalangPelayan saat sedang membuat kopi pesanan pengunjung. Dok/istimewa

Sementara itu, untuk beberapa koleksi benda-benda antik baik peninggalan Jawa maupun Eropa tidak semuanya mudah didapatkan. Tetapi dirinya menyebut bahwa beberapa koleksi tersebut ada yang merupakan hibah, warisan dari beberapa saudara, rekan dan sejawat lainnya.

"Seperti jam dinding tua itu misalnya yang sudah ada sebelum ada orang tua saya. Itu kenang-kenangan sekali karena memang sebelum saya lahir itu sudah ada, buatan Jerman," sambung pria yang juga sempat bekerja sebagai pemandu wisata itu. 

4. Sediakan menu khas Belanda

Menengok Kafe Bernuansa Jawa Eropa di Kota MalangHuize Trivelli (instagram.com/sitimeiyanaa)

Tak hanya dari segi tampilan kafe saja, menu yang disediakan oleh kafe tersebut juga merupakan makanan khas yang biasa disantap orang Eropa dan Belanda zaman dahulu. Salah satunya adalah Speculas yakni makanan kering dengan campuran rempah-rempah kayu manis dan beberapa rempah lain yang membuat rasa makanan tampak pedas.

Selain itu, kafe tersebut juga menyediakan kopi wine yang merupakan hasil fermentasi selama 5 - 6 bulan yang kemudian dikenal dengan nama Koffie Met Slagroom. Uniknya menu-menu tersebut dijual dengan harga sangat terjangkau yakni mulai Rp 6 ribu untuk kopinya hingga Rp 22 ribu, untuk kopi wine hasil fermentasi yang dingin.

"Winenya original, kalau kopinya jenis robusta. Prosesnya memang cukup panjang mulai dari difermentasi kemudian disimpan dan dikeringkan. Setelah kering baru disimpan 5 - 6 bulan, baru bisa diroasting. Jadi cita rasa kopinya juga beda," jelas pria 54 tahun itu. 

5. Sebagain besar pengunjung adalah turis mancanegara

Menengok Kafe Bernuansa Jawa Eropa di Kota MalangBagian dalam dari Huize Jon Coffe yang bernuansa klasik Jawa Belanda dengan berbagai hiasan ornamen pada sisi dinding. Dok/istimewa

Terlepas dari itu, dengan berbagai menu dan sajian yang yang disediakan, Jon menyebut bahwa mayoritas pengunjung kafenya adalah turis mancanegara. Bahkan saat sebelum COVID-19 melanda, sebanyak 75 persen kunjungan ke kafenya adalah dari turis mancanegara dan sisanya merupakan warga lokal Indonesia.

"Kalau sekarang, dengan situasi yang lebih longgar kami membuat beberapa program yang menarik. Salah satunya membuat program edukasi wisata, sejarah Kota Malang. Pengunjung hanya perlu membayar Rp 25 ribu saja dan mereka bisa menikmati jalan-jalan dengan mendapatkan pengetahuan yang lengkap mengenai sejarah Kota Malang," tandasnya. 
 

Baca Juga: 8 Rekomendasi Cafe Bertema Industrial di Malang, Cozy Banget!

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya