Tak Hanya Produksi Kereta, PT INKA Rambah Bisnis Wisata

Mereka menyediakan wisata sejarah dan alam

Madiun, IDN Times – Sejumlah pelajar maupun mahasiswa sudah berkunjung ke gedung PT INKA di Kota Madiun, Jawa Timur. Mereka tidak sedang praktek belajar atau magang, melainkan berwisata ke produsen kereta api itu.

Mereka berwisata untuk mengetahui sejarah hingga proses produksi kereta api. “PT INKA memang sudah menjadi destinasi wisata IPTEK. Tingkat kunjungannya setiap hari banyak baik dari beberapa kota maupun luar negeri,’’ kata Manajer Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT INKA, Nur Hidayati, Rabu (7/11).

1. Rombongan wisatawan dipandu petugas Humas

Tak Hanya Produksi Kereta, PT INKA Rambah Bisnis WisataIDN Times/Nofika Dian

Rombongan pengunjung yang datang, ia melanjutkan, selalu didampingi staf Bagian Humas PT INKA. Petugas akan menunjukkan ruangan sesuai permintaan, misalnya workshop pembuatan kereta atau tempat penyimpanan miniatur kereta yang telah diproduksi PT INKA. “Untuk masuk ke setiap ruangan diwajibkan memakai helm sesuai aturan kami,’’ ujar Nur.

2. Pengembangan desa wisata juga menjadi perhatian

Tak Hanya Produksi Kereta, PT INKA Rambah Bisnis WisataIDN Times/Nofika Dian

Selain membuka diri menjadi destinasi wisata IPTEK, PT INKA juga mendukung pengembangan pariwisata di daerah sekitar perusahaan. Di Kabupaten Madiun, misalnya, dana sebanyak Rp300 juta digelontorkan untuk menambah fasilitas di ‘Watu Rumpuk’ Desa Mendak, Kecamatan Dagangan.

“Untuk mendirikan food court, pengerasan akses masuk, dan pengadaan lampu penerang di taman,’’ kata Nur.

Baca Juga: PT KAI Daop Madiun Tambah Satu Kereta Singasari Rute Blitar-Jakarta

3. Watu Rumpuk dibuka setelah terjadi paceklik

Tak Hanya Produksi Kereta, PT INKA Rambah Bisnis WisataIDN Times/Nofika Dian

Lokasi wisata Watu Rumpuk berada di wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Dan Sekitarnya (Lawu Ds). Pengembangannya dilakukan oleh Lembaga Masyarakat Desa sejak 2016 silam. Namun, baru dapat dibuka sebagai lokasi wisata pada tahun ini.

Kepala Desa Mendak, Nur Cholifah mengatakan bahwa ide pengelolaan lokasi wisata Watu Rumpuk bermula dari keterpurukan warga yang mayoritas petani cengkih. Komoditas itu terserang hama bakteri pembuluh kayu (BPKC). Pendapatan warga secara keseluruhan yang sebelumnya mencapai Rp3,7 miliar rata-rata per tahun dari hasil produksi cengkeh musnah.

“Maka, saya berinisiatif mengembangkan kawasan hutan menjadi tempat wisata,’’ ujar dia.

Baca Juga: Menikmati Kereta Gantung Terpanjang Dunia di Vietnam

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya