Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi Generasi

Gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia

Balikpapan, IDN Times - Komunitas pencinta mobil antik bak jamur di musim hujan hampir di setiap kota besar di Indonesia. Keberadaannya tak tergerus kemajuan dunia industri otomotif modern yang kian maju.

Apalagi pilihan mereknya pun kian beragam dari jenis Volkswagen, BMW, Mercedes, Holden, CJ7, Ford hingga produk Jepang seperti Toyota,  Suzuki dan lainnya. Seperti kata pepatah, makin tua makin jadi, menunggangi mobil klasik pastinya lebih asyik.

“Entah kenapa ya, saya begitu melihat dan langsung jatuh cinta,” kata Gunawan Supriyadi (48), Ketua Balikpapan Volkswagen Club bertutur sedikit tentang kecintaan pada mobil tua, Sabtu (3/4/2021).

Kali ini, liputan kolaborasi hyperlocal IDN Times secara khusus mengulas tentang potret gaya hidup komunitas pencinta mobil klasik di beberapa kota tanah air. 

Berikut cerita menarik mereka.

1. Komunitas mobil tua yang mulai marak di Balikpapan

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiVolkswagen Safari tahun 1977 di Balikpapan Kalimantan Timur. (IDN Times/Istimewa)

Gunawan berasal dari keluarga normal lain yang tidak memiliki ikatan sejarah dengan mobil tua. Setelah bekerja di perusahaan BUMN serta memperoleh penghasilan lumayan, ia pun belum terpikir untuk memilikinya. 

Bahkan mobil pertama pilihannya adalah Suzuki Carry untuk keperluan sehari-hari. Baik  untuk dibawa ke kantor, mengantar istri, anak sekolah, ataupun lainnya. 

“Ibaratnya mobil untuk keperluan hari-hari dan tidak ada yang istimewa,” papar Gunawan.

Hingga pada tahun 2008, Gunawan tanpa sengaja berpapasan dengan rombongan komunitas Volkswagen di jalanan Balikpapan. Pria berdarah Jawa ini seperti tersetrum dan langsung jatuh cinta dengan tongkrongan mobil mereka.

Apalagi saat itu, rombongan melintas full team dengan mengendarai mobil VW jenis Beetle, Kombi, dan Safari. Mobil klasik produksi tahun 1970-an ini terlihat modis dengan pilihan warna yang menarik. 

“Langsung tertarik, seperti melihat pacar saja,” papar Gunawan sembari terkekeh.

Sejak itu pula, Gunawan langsung bertekat memiliki mobil VW sendiri.

2. Proses membangun mobil tua berawal dari rongsokan

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiVolkswagen Beetle tahun 1975 di Balikpapan Kalimantan Timur. (IDN Times/Istimewa)

Faktanya, bukan perkara mudah untuk memiliki mobil VW sesuai idaman. Hampir semua anggota komunitas VW enggan menjual mobil kesayangannya meskipun harga ditawarkan sudah mahal. Pada tahun 2008, mobil VW Beetle atau akrab disebut VW Kodok standar orisinal bisa dihargai hingga Rp150 juta.

“Akhirnya beli VW Beetle 1975 seharga Rp85 juta pada tahun 2010. Ada anggota komunitas yang butuh sehingga dijual murah,” papar Gunawan.

Meskipun begitu, Gunawan tetap saja belum puas. Mobilnya ini dianggap belum sepenuhnya memenuhi keinginan.Ia akhirnya memutuskan kembali berburu mobil VW lain. 

Setidaknya, mobil ini bisa dibangun ulang sesuai dengan minatnya.

“Setelah lama berburu, tahun 2010 bisa membeli mobil VW Safari tahun 1977 dari Jawa seharga Rp40 juta. Kondisinya seadanya lah,” tuturnya.

Setelah dikirimkan ke Balikpapan, VW Safari ini dibangun ulang bodi, kaki-kaki, interior, hingga mesin. Total biaya dibutuhkan untuk membangun VW yang dulunya jadi mobil dinas camat ini mencapai Rp80 juta.

“Sekarang sudah nyaman dipakai dan penampilannya juga keren,” ungkap Gunawan.

Baca Juga: Balikpapan Youth Spirit, Komunitasnya Anak Muda Cinta Balikpapan

3. Makin keranjingan mengoleksi mobil VW

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiVolkswagen jenis Dakota yang harganya di atas Rp1 miliar. (IDN Times/Istimewa)

Selepas memiliki dua mobil VW, Gunawan makin keranjingan mengoleksi mobil jadul lain. Hingga saat ini saja tercatat ada enam mobil VW pelbagai jenis terparkir rapi di garasi rumahnya.

Dulunya bahkan ada juga mobil VW langka jenis Dakota produksi Jerman turut jadi koleksi. Bentuk mobil VW Dakota ini, sekilas mirip VW Kombi dengan postur lebih ramping dan klasik. Dapur pacu mesinnya pun lebih kecil dengan kapasitas 1.200 cc dibandingkan VW Kombi yang bisa mencapai 1.600 cc.

Produksi mobil jenis ini terbatas hingga jumlahnya di Indonesia bisa dihitung dengan jari. Akibatnya, harga VW Dakota kondisi istimewa menjadi di luar nalar di atas Rp1 miliar. 

Replikasi mobil ini pun mencapai Rp500 juta. 

“Mobil VW Dakota saya dijual murah,  hanya Rp85 juta, karena memang kondisinya sudah buruk dan harga onderdil jauh lebih mahal dibandingkan jenis VW lain. Untuk membangun Dakota setidaknya akan habis Rp400 juta,” ungkapnya.

Setelah memiliki enam mobil klasik, Gunawan masih ingin menambah koleksi dengan dua mobil VW lagi. Mobil antik ini rencananya akan dihadiahkan bagi dua anaknya yang sudah dewasa.

Kebetulan pula, keduanya sama seperti halnya ayahnya keranjingan akan mobil VW. 

“Biar mereka tidak berebutan dan tidak memakai mobil saya,” canda pria ini yang menolak menyebutkan taksiran harga mobil-mobilnya.

“Mobil-mobil ini tidak dijual, sehingga saya juga tidak tahu harganya,” tukasnya cepat.

4. Bengkel mobil tua kian semarak di Kaltim

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiVolkswagen Kombi produksi Jerman yang dalam pembangunan. (IDN Times/Sri Wibisono)

Peminat mobil antik seperti VW dan lainnya kian semarak di Balikpapan dan Samarinda, sebagai dua kota besar di Kaltim. Sebagai kota pusat industri sekaligus penyangga ibu kota negara (IKN), pertumbuhan ekonomi Kaltim memang terus menggeliat.

Sehingga sesuai prinsip ekonomi, hal ini pula terjadi gaya hidup mobil klasik. Bengkel-bengkel khusus menangani mobil tua terus bermunculan. 

Pasalnya, bukan perkara gampang merawat mobil tua yang membutuhkan pengetahuan tertentu. Mekanik bengkel biasa umumnya langsung enggan menangani mesin mobil tua dengan teknologi uzur.

“Butuh pengetahuan dan pengalaman yang mendalam menangani mesin mobil tua,” kata Dedy Setiawan (38) pemilik Bengkel Rahmad di Kampung Timur Balikpapan.

Bengkel Rahmad mampu menangani hampir seluruh merek mobil tua, baik itu jenis VW, Land Rover, BMW, hingga Mercedes. Saat bengkel resmi tidak sanggup memperbaiki mobil tua pelanggan, ujung-ujungnya mereka merekomendasikan nama bengkel ini.

“Teknologi mesin baru sudah jauh berbeda dengan teknologi mesin tua. Itu kenapa tidak banyak bengkel mesin tua yang ada,” ungkap Dedy.

Teknisi harus mengenal sepenuhnya spesifikasi mesin mobil tua serta permasalahannya. Mengidentifikasi masalah serta menentukan solusi penyelesaian. Baik itu dengan mengganti onderdil baru, kanibal dengan onderdil lain, hingga terpaksa membuatkan replika sesuai kebutuhan.

“Masalah utamanya, onderdil mobil tua sudah tidak produksi lagi oleh produsen. Sehingga harus pintar-pintar teknisi mencarikan solusi,” ujar Dedy.

Dedy sendiri pada dasarnya tidak memiliki dasar pendidikan ilmu permesinan. Selama ini, ia hanya belajar mengulik mesin mobil dari almarhum orangtua. Ayahnya pensiunan Pertamina di Balikpapan yang dulunya punya tugas mengurusi mobil operasional perusahaan di masa Belanda.

“Mobil operasional Pertamina di zaman dulu Land Rover,” tuturnya.

Di masa itu, rongsokan Land Rover datang dari penjuru Kalimantan. Tidak jarang pula, mobil ini tiba ke Balikpapan dalam bentuk potongan onderdil mesin. Kantor Pertamina di Balikpapan lah yang bertugas merakit kembali mobil-mobil ini agar bisa beroperasi lagi.

“Pelan-pelan, mobil ini dirakit sehingga bisa dipergunakan. Bapak tugasnya seperti itu, harus telaten memang, mungkin karena didikan Belanda juga,” ungkap Dedy.

5. Rumitnya memperbaiki mobil tua dan biaya dibutuhkan

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiVolkswagen Beetle di Balikpapan Kaltim dalam pembangunan. (IDN Times/Sri Wibisono)

Saat ayahnya pensiun, almarhum lantas mengisi kesibukan  membuka jasa bengkel dan perawatan mobil. Meskipun bengkelnya tidak memiliki papan resmi, pelanggan terus datang, baik dari kalangan masyarakat maupun bengkel resmi Balikpapan.

Saat itu, Dedy pun ikut membantu bekerja di bengkel ini sekaligus belajar tentang bagaimana cara menangani permesinan. Apalagi selepas lulus sekolah menengah pertama, ia makin getol belajar tentang teknik pengelasan bodi, gerindra, kaki-kaki, kelistrikan, hingga mesin.

Dengan berjalannya waktu, pria kelahiran Balikpapan punya spesifikasi mengulik mobil tua khususnya merek VW. Penghobi merek ini memang lebih dominan dibanding yang lain. Apalagi, onderdil  VW tersedia dan juga terjangkau. 

“Semua onderdil ada di Jakarta dan tinggal pesan saja langsung dikirimkan. Memang harganya juga tidak murah," ungkap Dedy yang sedang membangun VW  Dakota di bengkelnya.

Dalam membangun mobil VW, Dedy memperkirakan, pelanggan setidaknya harus menyiapkan anggaran minimal Rp75 juta hingga Rp200 juta. Peruntukan dana ini khusus membeli onderdil, aksesoris, bodi mobil, kaki-kaki, kelistrikan, dan mesin.

Besaran anggaran menyesuaikan spesifikasi mesin untuk kelas standar, semi balap, hingga murni balap.

“Kalau untuk keperluan drag race dibutuhkan biaya yang lebih besar,” ungkapnya sehingga dapur mesin VW ini dapat dipacu maksimal hingga batas kecepatan 200 kilometer per jam.

6. Empat tahun terakhir, virus mobil klasik mewabah di Makassar

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiSuasana kopdar komunitas Makassar Old Car di pelataran Monumen Mandala pada Agustus 2020. (Dok. Makassar Old Car)

Terbang ke Makassar Sulawesi Selatan (Sulsel), virus mobil klasik juga mulai mewabah.  Di Kota Daeng, komunitas mobil ini menggeliat sejak empat tahun silam, tepatnya pada 17 Juli 2017.

Salah satunya yang memotori adalah Makassar Old Car (MOC) sebagai perhimpunan mobil lawas di mana anggotanya sudah mencapai 70 orang. Beberapa mobil sudah cukup langka antara lain Fiat D1000 tahun 1963, Daihatsu Compaqno tahun 1968 serta Toyota Corolla KE20 tahun 1973.

Kendaraan yang populer di dekade 1960-an tersebut, bersama sejumlah mobil MOC lainnya, masih rutin menyisir jalan-jalan. Terkadang dipamerkan dalam acara-acara komunitas se-Makassar atau dalam area salah satu pusat perbelanjaan.

"MOC terbentuk dimulai dari kesamaan hobi akan kendaraan tua. Awalnya kami hanya sering ngumpul-ngumpul bareng, lalu kemudian kami sepakat untuk membuat nama komunitas," ungkap Humas MOC Andi Munawir Tahir kepada IDN Times, Kamis 1 April 2021.

Di bawah naungan MOC, kegiatan nongkrong para pemilik mobil tua mulai rutin dilakukan. Selain via daring melalui grup percakapan WhatsApp, mereka acap kali ngumpul terjadwal setidaknya dua kali sebulan.

Tak cuma rutin touring ke destinasi wisata di Sulsel, MOC pun beberapa kali melakukan kegiatan amal. Salah satunya saat menyambangi Masamba pada September tahun lalu. Bersama Corolla Retro Makassar dan Toyota Kijang Kapsul Indonesia Makassar, mereka memberi bantuan untuk pemulihan pasca bencana banjir bandang.

"Hubungan silaturahmi dengan komunitas mobil tua lainnya intens kami lakukan. Kami sudah mempunyai cabang di sejumlah kabupaten/kota seperti Bantaeng, Takalar dan Pangkep," jelas Andi Munawir.

Namun paling utama, MOC yang diketuai Vriandy Siwy menjadi wadah para anggotanya dalam bertukar informasi tentang perawatan mobil tua. Mereka bisa saling membantu saat sesama anggota menemui permasalahan dalam reparasi mobil.

"Kami saling merekomendasikan toko atau bengkel yang menjadi langganan, baik dalam Makassar atau di luar secara online," jelas pria 36 tahun tersebut.

Bantuan seperti ini jelas sangat berarti bagi para anggota. Sebab sudah jadi rahasia umum bahwa onderdil mobil antik sangat susah ditemui, apalagi kalau sudah uzur. Jika pun dapat, dompet harus dirogoh dalam-dalam lantaran harganya selangit.

Saling bertukar informasi sangat penting di dalam MOC. Tak cuma untuk perihal onderdil, juga ketika anggotanya ingin menambah koleksi mobil.

"Biasanya juga ada beberapa teman yang gemar memposting mobil-mobil tua yang akan dijual," jelas Andi Munawir. Hal sama juga berlaku saat mengurus surat kendaraan di kepolisian.

Baca Juga: Modifikasi Puluhan Juta VW Kombi Demi Rekreasi Nyaman Bersama Keluarga

7. Kisah mobil tua bekas pasukan pengamanan Presiden Soekarno

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiPencinta mobil klasik asal Tabanan, A.A. Sagung Ariani. (Dok.IDNTimes/istimewa)

Komunitas pencinta mobil tua menjadi istilah yang tak asing bagi mereka berdomisili di Bali. Hampir semua komunitas mobil tua pelbagai merek ada di Pulau Dewata.

Namun lain cerita bila di antara mobil tua ini punya nilai sejarah,. Seperti dialami pencinta mobil klasik asal Tabanan AA Sagung Ariani yang menunggangi mobil tua punya nilai sejarah. Mobilnya dulu bekas dipakai pasukan pengamanan presiden pertama Indonesia, Presiden Soekarno.

Awalnya, Ariani jatuh cinta mobil klasik sejak dulu. Terlebih kakak kandung dan suaminya juga penggemar mobil klasik. Mobil klasik milik Ariani dan suaminya tak sembarangan, Land Cruiser Kayami FJ40 tahun 1960 pasukan pengaman Bung Karno.

"Dulu lewat informasi teman-teman sesama pecinta mobil klasik, ketemulah mobil ini yang saat itu sudah rongsok," ujar Ariani yang juga anggota Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) Tabanan, Kamis (1/4/2021). 

Setahap demi setahap Ariani dan suaminya memperbaiki mobil Land Cruiser Kayami FJ40 yang sudah menjadi barang rongsokan. Mereka mendapatkan informasi dari kawan-kawan sesama pencinta mobil klasik yang tergabung dalam PPMKI untuk mendapatkan spare part asli. Demi mewujudkan mimpinya, mereka rela merogoh uang hingga ratusan juta rupiah.

"Di sinilah seninya. Ketika mobil yang awalnya rongsokan, kita rakit kembali, mulai dari mesin sampai lekuk-lekuk mobil seperti aslinya," ujar Ariani.

Merakit mobil klasik, kata Ariani, memberikan kepuasan tersendiri. Menurutnya, semua pencinta mobil klasik pasti merasakan hal tersebut. "Bahkan ada yang sampai memesan spare part-nya dari luar negeri agar bisa kembali seperti aslinya," jelasnya.

Meski terkesan mengeluarkan biaya pemeliharaan yang tinggi, kata Ariani, pemeliharaan mobil klasik sebenarnya sama saja dengan mobil modern, hanya saja memang harus lebih telaten.

"Mobil klasik itu investasi. Sebab tidak ada harga pasar yang dipatok saat menjualnya. Yang membeli itu rela mengeluarkan uang banyak karena nilai seni, usia, dan kecintaan," ujar perempuan ini yang lebih memilih mobil klasik dibanding mobil baru.

"Kalau lewat, pasti lebih menarik mobil klasik untuk dilihat," ujarnya.

8. Satu-satunya Toyota Corona diesel di Bali, warisan almarhum suami

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiMbah Diesel, masterpiece sedan di komunitas DCC (IDN Times/Ayu Afria)

Kota di Bali tepatnya di Denpasar juga punya cerita unik tentang komunitas mobil antik. Kali ini bintangnya adalah mobil merek Toyota Corona tua yang bermesin diesel. Sesuatu yang tidak lazim, mengingat mobil Corona biasanya mempergunakan mesin bensin.

Mobil yang disebut satu-satunya ada di Bali. Pemiliknya adalah Ika Wahyuningtias dari Dewata Corona Community (DCC). Perempuan asli Jember Jawa Timur yang kini berdomisili di Denpasar.

Corona diesel tersebut memiliki kenangan tersendiri bagi Ika dan keluarganya. Sejak tinggal di Bali, suaminya yang bernama Eko membuka bengkel dinamo di Jalan Gatot Subroto Timur, Kecamatan Denpasar Timur, yang saat ini dijadikan markas DCC.

Sekitar tahun 2014, seorang warga Kabupaten Klungkung yang merupakan pemilik mobil ini, membenahi Corona dieselnya ke bengkal milik Ika. Saat itulah almarhum suaminya tertarik dengan mesin Corona tersebut dan berpesan, apabila nanti dijual, agar ditawarkan kepadanya lebih dulu.

Selang 1,5 tahun kemudian, pemilik sedan ini kembali menghubungi suaminya untuk menjual mobilnya. Sejak saat itu mobil berpindah kepemilikan ke suaminya. Mereka pun akhirnya bergabung dalam DCC dan almarhum suaminya semakin sayang dengan mobil tua ini.

“Kok mobilnya ini sedan, tapi kok diesel? Kan dilihat sama almarhum. Ternyata asli mesinnya, bukan modifikasi gitu. Terus karena suka itu, bilanglah sama pemiliknya, kalau mungkin Bapak sudah bosan, kalau mungkin mau dijual, tolong kasih saya gitu,” jelasnya pada Jumat (2/4/2021).

Ika kehilangan suaminya pada tahun 2018 lalu. Meskipun tidak ada pesan khusus untuk merawat mobil tersebut, namun ia sangat paham bahwa itu adalah kendaraan kesayangan almarhum. Semasa hidup, banyak sekali pihak yang berusaha menawar Corona Diesel ini, tapi almarhum tetap tidak ingin menjualnya. Kini Ika lah yang merawat si hitam kesayangan tersebut.

“Ya dulu sih memang sayang. Kan pernah juga tahun 2016 itu ada Jambore di Surabaya. Ada dari pihak CIC itu minta. Tapi nggak boleh sama almarhum,” katanya.

Ia berusaha belajar naik mobil agar bisa mengendarai masterpiece ini bersama keluarganya. Kadang ia ikut touring dengan DCC, meski ia sendiri mengaku tidak paham persoalan mobil.

Setiap enam bulan sekali ia mengganti oli hingga membeli onderdil yang asli dari Singapore. Meski tidak ada nama yang disematkan di mobil kuno ini, namun anggota DCC menyebut mobil Corona miliknya dengan Mbah Diesel. 

9. Kecintaan mobil tua diibaratkan bak merawat istri

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiSedan di komunitas Dewata Corona Community (IDN Times/Ayu Afria)

Masih di Pulau Bali, komunitas mobil tua di sini sudah masuk level dewa. Kecintaan mobil lawas disandingkan bak mengurusi istri saja.

“Kalau kita sudah mengurus mobil tua itu, ya kita harus setia. Sama dengan kita merawat istri atau pacar. Itu harus itu. Karena setiap saat pasti ada aja permasalahan itu,” kata Ketua Regional Corona Indonesia Club (CIC) Bali dan Nusra, Ketut Budiasa (42), Jumat (2/4/2021).

Dewata Corona Community (DCC) dibentuk oleh beberapa orang saja. Mulanya komunitas ini bernama Pesemetonan Corona Bali, tapi pada 2014 telah diubah. Saat ini diperkirakan ada sebanyak 26 anggota yang aktif dalam DCC.

Setiap mobil Toyota Corona ini memiliki kekhasan tersendiri. Ada yang sudah dipercantik, namun ada pula yang masih mempertahankan keasliannya.

Ketut Budiasa mengungkapkan beberapa alasan yang membuatnya sangat suka dengan Corona. Pertama, karena engine atau mesinnya memiliki perfoma cukup tinggi yakni rata-rata di atas 2000 cc. Selain itu, karena tarikan mobil merek ini dianggap lebih mantap dan lebih klasik dibandingkan dengan tipe Toyota yang lainnya.

Tahun produksi kendaraan di komunitas ini rata-rata mobil keluaran 1978, 1979, 1981, 1982, 1991, dan 1996. Para pencinta mobil tua ini memang kerap mengalami persoalan onderdil, terutama bagi pemain-pemain baru. Komunitaslah yang mewadahi mereka untuk saling bertukar informasi, di mana mereka bisa mendapatkan onderdil hingga mendapatkan solusi atas permasalahan yang dialami.

Saat ditanya apa saja tantangan merawat mobil tua ini? Budiasa menyampaikan tantangannya adalah terkait dengan masalah pendanaan dan kesabaran. Mobil tua ini memang perlu perbaikan dan biayanya tergantung dari tipe kerusakan. Ia mencontohkan, untuk Corona seri 1980-an, biayanya tidak terlalu mahal. Artinya, standar dengan mobil-mobil yang lain, yakni kisaran Rp1 juta.

Sedangkan untuk Corona injeksi yang baru, memang standarnya sedan premium, maka harga spare part-nya lebih tinggi, mencapai Rp2 juta hingga Rp5 jutaan. Dengan bergabung menjadi anggota komunitas ini, pengurusan surat-surat di kepolisian juga  terasa lebih ringan.

Menurutnya, di Bali banyak mobil tipe Corona ini yang masih mengendap dan tidak keluar. Para pemiliknya terlihat malas untuk mengurus karena kekurangan informasi. Tipe Corona ini, diungkapnya, harga jual belinya dengan kondisi standar di kisaran Rp20 juta. Sedangkan untuk yang sudah dimodifikasi dan semakin klasik hingga perubahan ke orisinal, harganya semakin mahal yakni mencapai Rp50 juta lebih.

“Tergantung ke siapa menjual. Kalau kita ketemu pembeli pas dan memang hobi, harga mungkin nomor dua. Yang penting dia suka,” jelasnya.

10. Komunitas mobil tua di Lampung bahkan berburu hingga ke luar negeri

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiMitsubishi Galant Sigma milik Kolektor asal Lampung, Adi Gayuh Kartiko (IDN Times/Istimewa)

Semakin antik kian unik, kata yang tepat disematkan pada pemilik mobil klasik. Tak terkecuali di Bandar Lampung, para kolektor tersebut rela mengalokasikan bujet khusus guna memenuhi kebutuhan hobinya tersebut, di antaranya bahkan sampai berburu mobil, onderdil, hingga aksesori ke luar negeri.

Bagaimana tidak, patokan usia dan kata kuno pada mobil tersebut seakan tak mampu menggerus pesonanya. Terlebih keterbatasan unit, membuat mobil antik kian bernilai tinggi dan semakin dicintai.

Seorang kolektor mobil antik di Kota Bandar Lampung, Adi Gayuh Kartiko, mengatakan, mulai jatuh hati pada dunia mobil antik sejak 2005 silam, mulai dari merek Eropa hingga Jepang sudah dicicipi. Namun, saat ini Adi lebih condong mengoleksi mobil antik Jepang.

Bukan tanpa alasan, dari segi perawatan lebih mudah dan ketersediaan onderdil cukup banyak. Keseluruhan, Adi kini mengoleksi enam mobil antik di garasi rumahnya mulai dari tahun produksi 1986 ke bawah.

"Saya punya Corolla DX, Corolla Station Wagon KE36 yang hanya sekitar 7 sampai 8 unit di Indonesia, Galant Sigma 2000 tahun 1979, Honda SB3 Civic, Toyota Starlet dua pintu, Honda Acoord tahun 1979," ujar Adi, Jumat (2/4/2021).

Dari 6 koleksi pribadinya saat ini, Corolla Station Wagon KE36 merupakan mobil yang paling sulit ia dapatkan. Mengingat, jumlahnya sangat terbatas, bahkan terbilang langka di Indonesia.

"Sekarang sudah dihargai Rp170 juta ke atas. Kita mau cari di mana kalau unitnya cuma tujuh atau delapan unit, saya kemarin dapatnya dari luar negeri lewat teman-teman sesama kolektor. Bisa juga, mobil-mobil langka lainnya didapat dari bekas pemakaian eks Kedubes di Indonesia, jadi yang dulu ditinggal sudah diurus menjadi pelat Indonesia," papar Adi.

Berbicara soal onderdil mobil antik, Adi menjelaskan, pada dasarnya brand Eropa ataupun Jepang masih bisa diperoleh baik di Indonesia hingga luar negeri. Kendati, tetap membutuhkan usaha lebih, guna mendapatkannya. Itu, menjadi tantangan tersendiri bagi para kolektor dan pecinta mobil antik.

Oleh karenanya, ia menganjurkan bergabung ke komunitas-komunitas mobil antik, supaya bisa mendapatkan dan tukar informasi tentang masing-masing kendaraan. Opsi lainnya mengunjungi sejumlah situs jual beli online nasional hingga internasional.

Tak lupa, sudah selayaknya kolektor mobil antik menjaga tingkat keorisnilitas unit. Pasalnya, hal tersebut bakal meningkat keindahan dan daya jual mobil tersebut. "Mobil tua jangan dipakai spare part tidak sesuai tahun atau lebih muda, ibarat nenek-nenek kalau pakai celana jeans, kan itu tidak cocok walaupun mahal," imbuh Adi.

Mengoleksi sejumlah mobil antik bagi Adi bukan semata memenuhi hasrat hobi. Menurutnya, kendaraan tersebut memiliki harga tertentu, terlebih bila dirawat secara baik dan benar.

Ke depan mobil-mobil tersebut bisa menjadi barang investasi yang bisa memberikan keuntungan. Berbeda dengan kendaraan umumnya, setiap tahun harga jual di pasaran kian turun. Sedangkan, harga kendaraan antik semakin naik seiring bertambah usia. 

Pria yang juga menjadi pelopor pendiri Komunitas Retro Nusantara itu menuturkan, nostalgia masa lalu adalah salah satu alasan sejumlah orang memilih membeli mobil antik atau klasik, sehingga pemilik atau pengendara bisa kembali mengenang setiap cerita lama.

Adi beranggapan, membeli mobil antik bukanlah membeli sebuah kendaraan,  namun  waktu. Sejatinya, waktu yang telah lalu tidak pernah bisa terulang. Itulah, penyebab harga mobil antik terbilang 'gelap', dikarenakan patokan harga berkaitan secara emosional pada pemiliknya.

"Misal, kenapa alasan kita berfoto, karena kita ingin mengabadikan momen masa lalu yang tidak bisa diulang lagi. Tapi di saat kita melihat poto tersebut, maka seakan-akan kita bisa mengulangnya," ibarat Adi.

Sebagaimana contoh, Adi turut membagikan sepenggal kisah mobil antik miliknya yaitu, Mitsubishi Galant Sigma, pernah digunakan dalam film Cubit-Cubitan dirilis pada 1978 silam diperankan Elvi Sukaesih, Rachman Saleh, hingga Achmad Albar.

"Jadi mobilnya memang asli dan benar masuk dipakai syuting film Cubit-Cubitan Elvi Sukaesih," ucap Adi.

11. Pria Lamongan yang mengoleksi hingga 15 unit mobil tua

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiDefit Budiansyah bersama mobil tuanya. IDN Times/Imron

Bicara kecintaan pada mobil tua, Defit Budiansyah punya cerita unik sendiri. Pria asal Lamongan Jawa Timur sepanjang hidupnya bahkan sempat mengoleksi hingga 15 unit mobil tua.

Sejak duduk di bangku SMA, ia sudah terlanjur jatuh hati pada mobil tua. Baginya, memiliki mobil tua baginya merupakan kepuasan tersendiri yang ia rasakan. Padahal, perawatan mobil tua kerap membuatnya harus merogoh kocek dalam.

 "Memang suka koleksi mobil tua mas, jenis sedan," kata Defit Budiansyah saat ditemui IDN Times, Kamis (1/4/2021).

Hingga pada tahun 2015 silam, keinginan memiliki mobil tua terwujud. Pria asal Tikung Lamongan itu membeli sebuah mobil tua jenis Ford 96. Sejak saat itu ia pun terus memburu mobil tua mulai dari Nissan Sunny Ford, Honda Accord, Mitsubishi Galang, Toyota Corona, Corolla GL, Honda cielo hingga Toyota Corolla DX 81.

 "Pernah punya 15 mobil, tapi saya jual semuanya karena gak punya bagasi mobil. Saat ini masih tersisa satu, jenis Toyota Corolla DX 81," jelasnya.

Defit mengaku, mobil tua yang ia beli rata-rata dalam kondisi rusak baik kerusakan body mobil maupun mesinnya. Namun, kecintaan terhadap mobil klasik membuat Defit tak pernah perhitungan untuk mengeluarkan biaya perbaikan yang tak sedikit.

“Ya kita beli dengan harga Rp15 jutaan itu pun kondisinya jauh dari kata layak. Tapi karena kita hobi, biarpun keluar biaya banyak, tetap gak papa asal kita puas," imbuhnya.

Ternyata, lanjut Defit, tak hanya dirinya saja yang mengagumi mobil antik. Sang istri juga mempunyai hobi yang sama. Ia berkelakar pernah mengajak jalan-jalan anak beserta istri mengunakan mobil mewah. Namun, di tengah perjalanan istrinya muntah-muntah.

 "Kalau pakai mobil antik istri saya enjoy saja gak pernah muntah, tapi kalau mobil bagus malah gak," terang Dafit, sambil tertawa.

12. Pencinta mobil tua sekaligus offroader di Medan

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiSalah satu mobil tua Toyota Landcruiser atau Hardtop tahun 1981 yang sudah keliling Indonesia (Dok. Istimewa)

Di Medan Sumatra Utara (Sumut) sendiri, para pencinta motor dan mobil tua terus meningkat. Hadinata salah seorang penghobi yang berbagi pengalamannya soal kecintaan dengan mobil tua.

Hadinata mengakui awal kecintaannya pada mobil tua dimulai dari kakeknya yang menjadi sopir Danpomdam pada masanya dahulu.

"Masa itu kakek sering bawa mobil Toyota Hardtop (Land Cruiser) jadi dari kecil dia sering bawa mobil pulang ke rumah terus dibawa jalan-jalan. Sampai kita itu benar-benar ingin, dan naik di mobilnya itu masih usia SD udah pegangi setir. Sampai pada akhirnya kakek pensiun dapat mobil lelang dari Kodam I Bukit Barisan, diambil kakek dengan harga Rp1,5 juta pada masa itu tahun 1994," jelas Hadinata.

Seiring berjalannya waktu dengan keinginan yang besar, tahun 2004 Hadinata akhirnya membeli mobil Toyota Land Cruiser meski dalam kondisi fisik yang tak layak (keropos).

"Kita cuma beli mobil Hardtopnya harga Rp43 juta. Sedikit demi sedikit saya kumpul hasil kerja saya. Terus kebetulan ada yang nawari mobil Hardtop tahun 1981 mesin bensin, Sampai jual motor balap 2 unit (Sporty dan Shogun). Motor balap di rumah ada 5 unit," jelas Hadinata dalam ceritanya demi gapai keinginan.

Dalam pengorbanan Hadinata untuk membeli mobil Hardtop yang kurang layak dalam kondisi fisik, namun tetap diperbaiki perlahan dikarenakan kecintaannya.

"Total Rp60 juta perawatan (sebelumnya mesin berbahan bakar bensin diganti jadi mesin diesel berbahan bakar solar) plus uang beli Rp50 juta lebih kurang Rp110 juta," ucapnya yang mengaku harga mobilnya tergolong masih murah.

Proses perbaikan mobil Hardtop yang dibelinya, memiliki kisah dan pengorbanan. Mulai dari rela menghemat uang jajan hingga pembelian spare part yang kurang uang.

"Sewaktu kita beli spare part mahal. Masa itu kita bawa uang ke toko ternyata kurang. Jadi harus balik lagi untuk tunggu dulu nabung. Saat itu kegiatan kerja di bengkel mobil di kota Medan," sambungnya.

Menurut Hadinata, hal yang paling berkesan dan menjadi pelajaran yakni sekaya apa pun dan sebanyak apa pun uang, belum tentu bisa memiliki mobil tua.

"Karena kalau dengan mobil baru kamu tinggal beli ke show room. Pulang bawa mobil baru. Tapi kalau mobil tua punya uang banyak belum tentu bisa beli mobil tua. Karena belum tentu pemilik mobil tua mau menjual mobilnya pada kamu," tutur Hadinata yang telah bergabung di IOF selama 13 tahun.

Baginya, memiliki mobil tua adalah suatu koleksi yang unik karena tetap layak untuk dipakai dan masih kokoh.

"Gak kalah gengsi dengan mobil terbaru. Apalagi sekarang, sekarang ini mobil tua seperti Hardtop lagi tinggi-tingginya. Sampai sekarang ada yang mau beli mobil Hardtop saya Rp300 jutaan belum saya kasih," dalam ceritanya.

Meskipun, Hadinata mengatakan tahap awal menjadi pemilik sedikit sebal karena tak menyadari mobil tersebut merupakan mobil tua.

"Main gas aja jadi mogok, banyak yang rusak karena kasar dan belum satu hati. Setelah itu kita pakai lembut-lembut. Alhamdulillah sampai sekarang gak rusak, kalau pun rusak udah sampai di rumah gak di jalan," ucapnya.

Ia pun tak ingin berniat untuk menjual mobil Hardtop tahun 1981 tersebut. Sebab, mobil tersebut baginya seperti kekasih yang harus dirawat penuh dengan cinta dan didasari oleh pengorbanan membelinya.

"Pada dasarnya mobil itu dibeli sedikit demi sedikit. Kalau mau dijual rasanya sayang, karena pengorbanan untuk beli mobil ini cukup berat. Kebetulan saya pecinta off road adventure, untuk Indonesia semuanya sudah dijalani tinggal wilayah NTT dan Papua yang belum," kata Hadinata.

Tak hanya menjadi penghobi dan pencinta mobil Off road. Hadinata juga pernah mendapatkan penghasilan yang cukup lumayan dari mobil tua ini.

"Artinya, kalau hasil dari mobil itu bisa buat beli ban minimal 2 (Rp5 juta dari penyewaan event selama 3 hari) karena saya pakai ban ekstrem. Event prewedding juga," ucapnya.

Sementara itu, Hadinata mengatakan untuk informasi kebutuhan mobil bisa didapat karena sesama pencinta mobil tua yang saling membagi informasi.

13. Komunitas Bandung memiliki mobil klasik demi investasi masa depan

Geliat Mobil Antik yang Makin Ciamik Melintasi GenerasiPencinta kendaraan klasik Kota Bandung (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Kalau bicara mobil klasik tentu kurang sah bila tidak menyinggung komunitas di Bandung Jawa Barat (Jabar). Kota Kembang bukan hanya jadi barometer fashion, tapi juga disebut cikal bakal komunitas mobil klasik di Indonesia.  

Seperti contohnya pencinta mobil tua Bandung, Muktiyarto.

Pria kelahiran Palembang, 10 Desember 1976 ini sudah lama bergelut dengan kendaraan tua dan antik. Bahkan, sejak masih duduk di bangku SMA, dirinya sudah bermimpi ingin memiliki mobil klasik.

Impian yang menjadi kenyataan itu kini sudah terwujud dengan enam kendaraan tua di garasi rumahnya. "Sabar" adalah kata utama untuk bisa mewujudkan impian tersebut.

"Mobil klasik pertama saya Chevrolet tipe C10 tahun 1968. Sasisnya punya Toyota sedan Crown. Jadi dari lima mobil jadi satu mobil. Bagi saya seninya di situ," ujar pria yang akrab dengan panggilan Anto saat ditemui IDN Times di tempat work shop di Ciwastra, Bandung, Kamis (2/4/2021).

Menurut Anto, sapaan akrabnya, berburu kendaraan antik di Kota Bandung bisa disebut susah-susah gampang. Pada 1994 hingga 2005, banyak kendaraan antik yang berkeliaran di Kota Bandung. Apalagi, saat dirinya kuliah di salah satu kampus swasta, di mana ada beberapa mahasiswa yang sudah mengendarai 'Impala' dan beberapa produk kendaraan asal Amerika.

Memiliki kendaraan antik pertama kali bisa terwujud pada 2005 di mana pada saat itu harga mobil Amerika di Indonesia terutama di Kota Bandung ada di kisaran Rp10-20 juta.

"Dari 2005 itu kemudian saya mengoleksi beberapa mobil klasik lainnya dan sampai akhirnya saya sekarang ada enam mobil, Chevrolet itu ada empat, Renault 5TR, dan Simca," ungkapnya.

Berburu kendaraan antik dengan harga yang selangit tentu perlu mendapatkan dukungan dari semua orang sekitar. Apalagi di saat telah menikah, keuangan untuk hobi dan 'dapur' tentunya tidak bisa disatukan. Karena itu, mengoleksi mobil jadul ini harus mendapatkan dukungan dari istri dan mertua.

Anton mengaku semua koleksi mobilnya sudah berdasarkan izin dari istri dan anggota keluarganya. Beruntungnya, mertua Anton pun penyuka mobil  tua.

"Saya didukung istri dan menyesuaikan saja. Jadi jangan mengganggu uang dapur. Kebetulan didukung dan orang tua suka juga," jelasnya.

Dari kegemarannya itu, pada 2014 Anto akhirnya bergabung dengan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) Jawa Barat. Klub yang didirikan oleh mantan Gubernur Jawa Barat Solihin GP itu masih eksis hingga saat ini. Melalui komunitas ini, Anton mengaku banyak mendapatkan jaringan dan informasi tentang mobil klasik.

Dalam komunitas tidak hanya bertukar informasi seputar mobil klasik. Jauh dari itu, ada beberapa anggota yang melakukan jual beli hingga barter kendaraan kesayangan. Menurut dia, hal seperti itu sangat lazim dilakukan dalam komunitas PPMKI.

"Komunitas ini untuk silaturahmi, teman baru, obrolan nyambung. Kalau harga mah tidak ada patokan. Harga mobil klasik itu tidak ada patokannya," katanya.

Tidak hanya Anto, penggemar kendaraan antik juga dirasakan rekan satu komunitasnya, Ridwan Irawan. Dia mengaku bahwa menyukai kendaraan jadul sejak dari bangku SMA bersama Anto itu dijadikan investasi. Bukan hanya sekadar hobi, tetapi kendaraan antik yang dikoleksi memiliki harga tertentu.

Bagi Ridwan, memiliki puluhan motor Vespa dan beberapa mobil klasik termasuk VW Kombi Kumis sangat menguntungkan. Menurut dia jika kendaraan biasa setiap tahun harga dipastikan turun dari pasaran. Sedangkan, harga untuk kendaraan klasik setiap tahun akan terus naik.

"Jadi itu, kalau koleksi tidak ada harganya. Nilai sejarahnya itu yang dijual. Kayak motor Vespa Kongo, itu kan sudah tidak diproduksi, kalau ada benar-benar mahal, karena itu tadi," katanya.

Ridwan menyebutkan, memiliki hobi mahal dengan mengoleksi kendaraan tua tentu perlu perawatan. Sama halnya dengan kendaraan lain. Apalagi, kendaraan tua tidak mudah untuk mendapatkan spare part.

Selama membeli kendaraan klasik, Ridwan mengaku paling rewel soal surat-surat. Selama dokumen kendaraan tidak lengkap, dipastikan tidak akan dibeli. Sebab, dokumen kendaraan menurutnya merupakan sebuah hal yang penting.

"Kendaraan-kendaran saya ada yang rawat, ada koleksi khusus. Saya akhirnya memilih satu kendaraan yang dipakai dan akhirnya sisanya saya koleksi saja," ucapnya.

Bagi masyarakat yang ingin mencoba mengoleksi kendaraan klasik, Ridwan berpesan agar harus sabar dalam mengumpulkan spare part dan banyak teliti sebelum membeli. Dia mengatakan, pahami dahulu tipe mobil klasik dan harus cinta. Sebab, koleksi mobil klasik ada seninya.

"Jadi ada kadang mencari barang yang bagus bentuknya masih bersih tetapi bukan ori. Sedangkan yang sudah mati kondisinya, dan mahal lagi. tetapi ori. Saya tetap mencari yang ori," kata dia.

Tim penulis : Yudha Almerio, Fatmawati, Ach Hidayat Alsair, Tama Wiguna, Imron Saputra, Ni Ketut Wira Sanjiwani, Ayu Afria Ulita Ermalia, Indah Permata Sari

Baca Juga: Klasik dan Antik, Penghobi Mobil sampai Motor Tua di Balikpapan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya